Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

Kejang demam atau febrile convulsion



BAB  I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
            Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
            Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam.    Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
            Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang timbul dari latar belakang di atas adalah :
1)  Apa pengertian kejang demam?
2)  Apa etiologi kejang demam?
3)  Bagaimana patofisiologi kejang demam?
4)  Bagaimana manifestasi klinik kejang demam?
5)  Bagaimana penatalaksanaan medis kejang demam?
6)  Bagaimana pencegahan kejang demam?
7)  Bagaimana asuhan keperawatan kejang demam?


C.   Tujuan
1)  Dapat memahami pengertian kejang demam.
2)  Dapat megidentifikasi etiologi kejang demam.
3)  Dapat menjelaskan patofisiologi kejang demam.
4)  Dapat menjelaskan manifestasi klinik kejang demam.
5)  Dapat megidentifikasi penatalaksanaan medis kejang demam.
6)  Dapat melaksanakan pencegahan kejang demam.
7)  Dapat menidentifikasi asuhan keperawatan kejang demam.

BAB  II
PEMBAHASAN

    I.        KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
*       Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (dalam suhu rectal di atas 380 C ) yang di sebabkan oleh proses ekstracranium. (Ngastiyah,2005)
*       Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000)
*       Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995)
*       Kejang demam adalah gangguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong,2009)


B.  ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang – kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan demam.
Ada beberapa penyebab kejang demam :
ü Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
ü Efek produk toksik daripada mikroorganisme.
ü Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
ü Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
ü Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.

C.  PATOFISIOLOGI
            Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.
            Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
            Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
            Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
            Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut ”neurotransmitter” dan terjadi kejang.
            Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

D. MANIFESTASI KLINIK
            Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
            Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparisis sementara ( hemiparises Todd ) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparises yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
            Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhi badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya : tonsillitis,otitis media aukt, bronchitis,dll. Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
            Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
ü  Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
ü  Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
ü  Kejang bersifat umum.
ü  Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam.
ü  Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
ü  Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
ü  Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali.
   

E.     PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
a)   Pemberantasan kejang secepat mungkin
Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
·      Segera diberikan diazepam intravena  ®             dosis rata-rata           0,3 mg/kg
Atau
diazepam rectal                                                 dosis  £  10 kg : 5 mg
bila kejang tidak berhenti                             10 kg : 10 mg
tunggu 15 menit

                  dapat diulang dengan cara/dosis yang sama
            kejang berhenti               
                                       

  
                  berikan dosis awal fenobarbital
                  dosis : neonatus        :    30 mg I.M
          1 bulan – 1 tahun  :    50 mg I.M
          >  1 tahun                :    75 mg I.M

·      Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.       
b)  Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
·      Semua pakaian ketat dibuka
·      Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
·      Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin  kebutuhan oksigen
·      Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
c)   Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
d)  Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.

F.  PENCEGAHAN
Pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
a)  Pencegahan berulang
ü Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
ü Pendidikan kesehatan tentang :
·      Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter.
·      Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC).
·      Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat.
·      Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
b)  Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :
ü Baringkan pasien pada tempat yang rata.
ü Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh.
ü Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas.
ü Lepaskan pakaian yang ketat.
ü Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera.


 II.            KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

*  Riwayat Keperawatan
ü Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
ü Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
ü Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
ü Adanya riwayat trauma kepala
*  Pengkajian fisik
ü Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
ü Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
ü Adanya kelemahan dan keletihan
ü Adanya kejang
ü Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
*  Riwayat Psikososial atau Perkembangan
ü Tingkat perkembangan anak terganggu
ü Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
ü Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
*  Pengetahuan keluarga
ü Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
ü Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
ü Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
ü Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)  Resiko tinggi terhadap cidera b/d aktivitas kejang.
2)  Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus.
3)  Perfusi jaringan cerebral tidak efektif  b/d reduksi aliran darah ke otak.
4)  Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya informasi.

C.  INTERVENSI KEPERAWATAN
1)    Dx 1 :Resiko tinggi terhadap cidera b/d aktivitas kejang
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari.
Intervensi keperawatan :
a)     Pengendalian Resiko
ü Pengetahuan tentang resiko
ü Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
ü Monitor kemasan personal
ü Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
ü Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
b)      Mencegah jatuh
ü Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaan
ü Identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh
ü Monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
ü Instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak

2)     DX 2 : Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan :
a)     Themoregulation
ü Suhu tubuh dalam rentang normal
ü Nadi dan RR dalam rentang normal
ü Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
b)      Temperatur regulation
ü Monitor suhu minimal tiap 2 jam
ü Rencanakan monitor suhu secara kontinou.
ü Monitor tanda –tanda hipertensi
ü Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
ü Monitor nadi.


3)     DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d reduksi  aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal.
Intervensi keperawatan :
a)     Monitor TTV:
ü monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate
ü catat adanya fluktuasi TD
ü monitor jumlah dan irama jantung
ü monitor bunyi jantung
ü monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri
b)     Monitor  status neurologia
ü monitor tingkat kesadran
ü monitor tingkat orientasi
ü monitor status TTV
ü monitor GCS

4)     DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien.
Intervensi keperawatan :
a)        Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
b)        Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat
c)         Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
d)        Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
      Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (dalam suhu rectal di atas 380 C ) yang di sebabkan oleh proses ekstracranium. Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang – kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan demam.
      Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
      Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu : Pemberantasan kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, pengobatan rumat, dan mencari dan mengobati penyebab.Pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.







DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta : Media Aesculapius.
Hidayat, aziz alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.
www.google.com (di akses pada tanggal 03 April 2011 )



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor