BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris “ectopic” dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis
uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus (Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Insiden Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala
kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.
B.
Rumusan
Masalah
1. Dapat
menjelaskan pengertian dari Kehamilan Ektopik Terganggu
2. Dapat
menjelaskan macam-macam kehamilan ektopik terganggu, etiologi ,patofisiologi, manifestasi
klinis, tanda dan gejala,penatalaksanaan,komplikasi serta pemeriksaan
diagnostic
3. Dapat
menjelaskan konsep keperawatan dari Kehamilan Ektopik Terganggu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Medis
1.
Pengertian
Istilah ektopik
berasal dari bahasa Inggris “ectopic” dengan akar
kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan
ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis
uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus (Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi di luar endometrium kavum uteri (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang
telah di buahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba
fallopi,ovarium,serviks dan abdomen. Namun,kejadian kehamilan ektopik yang
terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002)
Ø
Insiden
Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)
Sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala
kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.
2. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak
diketahui,kemungkinan factor yang memegang peranan adalah sebagai berikut:
1. Factor
dalam lumen tuba:endosalfingitis,hipoplasia lumen tuba.
2. Factor
dinding lumen tuba:endometriotis tuba,diventrikel tuba konginetal.
3. Factor
di luar dinding lumen tuba:perlengketan pada tuba,tumor.
4. Factor
lain: migrasi luar ovum,fertilasi in vitro.
Kehamilan
ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
a.
Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat
menimbulkan gangguan pada motilitas saluran
telur.
b.
Riwayat operasi tuba.
c.
Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat
panjang.
d.
Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.
Aborsi tuba dan pemakaian IUD
f.
Kelainan
zigot, yaitu kelainan kromosom.
g.
Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan
perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat
terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h.
Operasi plastik pada tuba.
i.
Abortus buatan.
3.
Macam-macam
Kehamilan Ektopik Terganggu
Menurut Taber (1994), macam-macam
kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
1. Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam
kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
2.
Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars
ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
3.
Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum
yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
4.
Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
5.
Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
6.
Kehamilan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
7.
Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta
diantara lipatan ligamentum latum, setelah
rupturnya kehamilan tuba melalui
dasar dari tuba fallopii.
8.
Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
9.
Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan
ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
10. Kehamilan
Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian
dari tuba fallopi.
4.
Patofisiologi
Pada kehamilan normal, proses
pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel
telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga
rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba
dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga
rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi
(menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim,
antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim),
ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba
falopii (90%).
Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di
tempat lain selain di endometrium cavum uteri. Prinsip patofisiologi : gangguan / interferensi
mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju cavum
uteri.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan
mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri.
Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini :
1. Kemungkinan
“tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria)
dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan
ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
3. Faktor
abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur
dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian .
5.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada klien dengan
kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:
1. Gambaran
klinis dengan kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu
menunjukkan gejala2 kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut
bagian bawah yang tidak seberapa di hiraukan. Pada pemeriksaan vaginal,uterus
membesar dan lembek,walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba
pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala
kehamilan tuba terganggu sangat berbeda2 dari perdarahan banyak yang tiba2
dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar
membuat diagnosisnya.
3. Nyeri
merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada rupture tuba
nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba2 dan intensitas yang kuat disertai
dgn pendarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk ke dalam syok.
4. Perdarahan
per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini merupakan kematian janin.
5. Amenore
merupakan tanda yang pentiing pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore
bergantung pada kehidupan janin , sehingga dapat bervariasi.
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor
berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri
abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
6.
Tanda
dan Gejala
Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah:
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic,
disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal
2. Menstruasi abnormal
3. Abdomen dan pelvis yang lunak
4. Perubahan pada uterus yang dapat
terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,atau tergeser akibat perdarahan.
Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan
takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Massa pelvis
7. Kuldosentesis. Untuk identifikasi
adanya hemoperitoneum yang ditandai.
Selain itu tanda dan gejala yang
lainnya adalah :
a. Ada
riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda.
b. Akut
abdomen, terutama nyeri perut kanan / kiri bawah.
c. Perdarahan
per vaginam (dapat juga tidak ada).
d. Keadaan
umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
e. Kadang
disertai febris
7.
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada
umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan demikian,beberapa hal harus
diperhatikan dan dipertimbangkan , yaitu sebagai berikut :
a. Kondisi
ibu pada saat ini.
b. Keinginan
ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
c. Lokasi
kehamilan ektopik.
d. Kondisi
anatomis organ pelvis.
e. Kemampuan
teknik bedah mikro dokter.
f. Kemampuan
teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah
perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan
pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk,misalnya dalm keadaan
syok,lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars
ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan
kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita
pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap
kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat .
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit .
8.
Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
:
·
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila
kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
·
Infeksi
·
Sterilitas
·
Pecahnya tuba falopii
·
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh
berkembangnya embrio
9.
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Anamnesis : Riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala
dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada
nyeri perut kanan atau kiri bawah.
b.
Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat
baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan
vaginal touché, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio)
c.
Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+),
kuldosentesis (ditemukan darah di kavum Douglasi), USG.
d.
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
Ø Diagnosa
banding :
-
Infeksi pelvic
-
Kista folikel
-
Abortus biasa
-
Radang panggul
-
Torsi kita ovarium
-
Endometriosis
B.
Konsep
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Menstruasi
terakhir.
b. Adanya
bercak darah dari vagina.
c. Nteri
abdomen:kejang,tumpul.
d. Jenis
kontrasepsi.
e. Riwayat
gangguan tuba sebelumnya.
f. Tanda-tanda
vital.
g. Tes
laboratorium: Ht dan Hb menurun.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a. Deficit
volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi sebagai
efek tindakan pembedahan.
b. Nyeri
yang berhubungan dengan rupture tuba falopi,perdarahan intraperitoneal.
c. Kurangnya
pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
3.
Intervensi
dan Rasional
1. Dx
1: Deficit volum cairan yang b/d rupture lokasi impalntasi sebagai efek dari
tindakan pembedahan.
Kriteria hasil
: Ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan oleh
tanda-tanda vital yang stabil,pengisian kapiler cepat,sensorium tepat,serta
frekuensi serta berat jenis urine adekuat.
Intervensi :
Merujuk peda intervensi diagnosis yang sama dengan abortus.
2. Dx
2: Nyeri yang b/d rupture tuba falopi,perdarahan intraperitonial.
Kriteria hasil :
Ibu dapat mendemostrasikan teknik relaksasi, tanda2 vital dalam batas
normal,dan ibu tidak meringis.
Rencana
Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri :
|
|||
1.
|
Tentukan
sifat,lokasi,dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri
tekan abdomen.
|
1.
|
Membantu
dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan di lakukan.
Ketidak
nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatosa karena kontraksi
uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektopik mengakubatkan nyeri hebat,karena hemoragi tersembunyi saat tuba
falopi rupture ke dalam abdomen.
|
2.
|
Kaji
stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian.
|
2.
|
Ansietas
sebagai respons terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan
karena sindrom ketegangan,ketakutan,dan nyeri.
|
3.
|
Berikan
lingkungan dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien
untuk menggunakan metode relaksasi,misalnya: napas dalam,visualisai
distraksi,dan jelaskan prosedur.
|
3.
|
Dapat
membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan.
|
Kolaborasi :
|
|||
4.
|
Berikan
narkotik atau sedative berikut obat2 praoperatif bila prosedur pembedahan
diindikasikan.
|
4.
|
Meningkatkan
kenyamanan,menurunkan risiko komplikasi pembedahan.
|
5.
|
siapkan
untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi.
|
5.
|
Tindakan
terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.
|
3. Dx
3: Kurangnya pengetahuan yang b/d kurangnya pemahaman dan tidak mengenal
sumber2 informasi.
Tujuan
: Ibu berpartisipasi dalam proses belajar,mengungkapkan dalam istilah
sederhana,mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Rencana
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
Menjelaskan
tindakan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia.
|
1.
|
Memberikan
informasi,menjelaskan kesalahan konsep pemikiran ibu mengenai prosedur yg
akan dilakukan ,dan menurunkan stress yg berhubungan dgn prosedur yg
diberikan.
|
2.
|
Berikan
kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalahan
konsep.
|
2.
|
Memberikan
klasifikasi dari konsep yg salah,identifikasi masalah2 dan kesempatan untuk
memulai mengembangkan keterampilan penyesuaian .
|
3.
|
Diskusikan
kemungkinan implikasi jangka pendek pada ibu dari keadaan perdarahan.
|
3.
|
Memberikan
informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realitas
dan kerja sama dengan aturan tindakan.
|
4.
|
Tinjau
ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yg memerlukan evaluasi dan
tindakan tambahan.
|
4.
|
Ibu
dengan kehamilan ektopik dapat memahami kesulitan mempertahankna setelah
pengengkatan tuba yg sakit.
|
4.
Evaluasi
keperawatan
1. Menganjurkan
untuk mempertahankan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan
oleh TTV yang stabil,pengisian kapiler cepat,sensorium tepat,serta frekuensi
dan berat jenis urine adekuat
2. Menganjurkan
untuk melakukan teknik relaksasi,TTV dalam batas normal dan ibu tidak meringis
3. Menganjurkan
untuk berpartisipasi dalam proses belajar,mengungkapkan dalam istilah
sederhana,mengenai patofisiologi dan implikasi klinis
DAFTAR PUSTAKA
Arif M. dkk, 2001 Kapita Selekta
Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Mitayani 2009
Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta:
Salemba Medika
Prof. dr. Hanifa W, dkk., 1992 IlmuKebidanan,
Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
www.medica
store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
0 komentar:
Posting Komentar