Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

Laporan Pendahuluan Meningitis



 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Suriadi. 2006).
Meningitis adalah peradangan selaput otak, sumsum tulang belakang atau keduanya. (Kathleen Morgan Speer. 2008).
Meningitis merupakan peradangan pada daerah meningen. (A. aziz Alimul Hidayat. 2006).
B.     Etiologi
·         Bakteri
Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumoniae, neisseria meningitis, β hemolytic streptococcus, staphilococcus aureu, e. coli
·         Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibanding dengan wanita
·         Faktor maternal
Ruptur membra fetal, infeksi maternal pada minggu terkhir kehamilan
·         Faktor imunologi
Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi
·         Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
C.    Patofisiologi
·         Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinal yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edema dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.
·         Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral melalui kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara  CSF dan dunia luar.
·         Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
·         Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel menyebebkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
·         Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang subarachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF disekitar otak dan medula spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat ari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infarck
·         Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak adamokroorganisme pada kultur CSF.

Luka pembedahan injury                                                              kelainan sistem saraf
pusat (sipina bifida)

       Bakteri

Melepaskan substansi vasoaktif

  Injury neuronal

Perubahan permeabilitas sawar darah

  Reksi inflamasi

Hiperemis dan edema

Exudasi pada otak
   (tergantung pada tipe organisme penyebab)
D.    Manifestasi Klinik
·         Neonatus menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah
·         Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agrasif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda Kernig dan brudzinski positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (manunjukkan adanya infeksi meningococcal)
·         Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif
E.     Komplikasi
·         Hidrosefalus obstruktif
·         Maningococcal septicemia (mengingocemia)
·         Sindrom Water Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
·         SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretik Hormone)
·         Efusi subdural
·         Kejang
·         Edema dan herniasi serebral
·         Cerebral Palsy
·         Gangguan mental
·         Gangguan belajar
·         Attention deficit disorder
F.     Pemeriksaan Diagnostik
·         Punksi Lumbal : tekanan cairan meningkat , jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat
·         Kultur darah
·         Kultur swab hidung dan tenggorokan
G.    Penatalaksanaan
·         Isolasi
·         Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena
·         Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan. Cairan yang dapat menyebabkan edema
·         Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC
·         Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepilepsi
·         Mempertahankan ventilasi
·         Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
·         Penatalaksanaan syok bakterial
·         Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
·         Memperbaiki anemia











ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Neurologis
·         Kejang-kejang
·         Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
·         Mata terbenam (setting-sung sign)
·         Kakakuan kuduk
·         Tanda Kernig positif
·         Tanda Brudzinski positif
·         Rektivitas pupil menurun
·         Iritabilitas
·         Opistotonus
·         Sakit kepala
·         Tangisan dengan nada tinggi
Respirasi
Baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok, tau tanda dan gejala flulike
Gastrointestinal
Muntah
Integumen
·         Ubun-ubun menonjol
·         Petekie
·         Ekstremitas dingin
·         Ruam
·         Sianosis
·         Demam
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan perfusi jaringan serebrum yang b/d peningkatan TIK
2.      Resiko cedera sekunder akibat kejang
3.      Hipertermia yang b/d infeksi
4.      Defisit pengetahuan yang b/d perawatan di rumah
C.    Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Gangguan perfusi jaringan serebrum yang b/d peningkatan TIK
Hasil yang diharapkan : anak tidak menunjukkan tanda peningkatan TIK

Intervensi
Rasional
1.      Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam, catat tanda letargi, penonjolan ubun-ubun (pada bayi), perubahan pupil, atau kejang-kejang
2.      Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian dinas

3.      Pantau tanda vital setiap 2-4 jam


4.      Catat kualitas dan nada tangisan anak
1.      Pengkajian status neurologis yang sering digunakan sebagai dasar mengidentifikasi tanda-tanda dini peningkatan TIK

2.      Peningkatan volume cairan akan meningkatkan TIK

3.      Prubahan tanda-tanda vital yang disertai dengan peningkatan TIK
4.      Tangisan bernada tinggi manunjukkan peningkatan TIK
   
Dx 2 : Resiko cedera sekunder akibat kejang
Hasil yang diharapkan : anak tidak akan mengalami cedera akibat kejang










Intervensi
Rasional
1.      Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan jalan nafas buatan, dan peralatan pengisapan lendir, dan pasang penghalang tempat tidur
2.      Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program
3.      Selama kejang, lakukan tindakan berikut :

·      Bantu anak berbaring miring ditempat tidur atau di lantai, singkirkan barang0barang yang ada di area tempat tidur
·      Jangan mengikat anak, tetapi tetap menemani di sampingnya
·      Jangan meletakkan sesuatu dimulut anak

·      Kaji status pernapasan anak



·      Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya kejang
1.      Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cedera kepala, anoksia, tersedak, dan mati serta mengurangi resiko komplikasi labih jauh
2.      Pengobatan antikonvulsan dapat mengendalikan kejang
3.      Tindakan ini membantu melindungi anak dan membantu tindak lanjut medis
·      Langkah ini mencegah cedera akibat jatuh dan sentakkan selama kejang

·      Pengikatan atau pemindahan anak dengan paksa dapat menyebabkan cedera
·      Mencoba memasukkan benda kedalam mulut anak dapat merusak gigi dan gusinya
·      Anak memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama atau setelah kejang
·      Jenis gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang apakah yang dialami anak


Dx 3 : Hipertermia yang b/d infeksi
Hasil yang diharapkan : Suhu badan anak akan tetap kurang dari 37,8o C

Intervensi
Rasional
1.      Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 jam
2.      Beri obat antipiretik sesuai program

3.      Beri oabt antimikroba, sesuai program

4.      Pertahankan lingkungan yang sejuk

5.      Beri kompres dengan suhu 37o C, sesuai program
1.      Pemantauan dapat mendeteksi kenaikan suhu
2.      Antipiretik megurangi demam dengan cara mengurangi set point ke nilai normal
3.      Antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit
4.      Lingkungan yang sejuk mengurangi demam, melalui kehilangan panas secara radiasi
5.      Kompres hangat mendinginkan permukaan tubuh melalui proses konduksi
  
   Dx 4 : Defisit pengetahuan yang b/d perawatan di rumah
   Hasil yang diharapkan : orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan di rumah

Intervensi
Rasional
1.      Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk uraian tentang dosis dan efek samping



2.      Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat yang adekuat pada anak
1.      Pemahaman pentingnya pengobatan yang konsisten dapat meningkatkan kepatuhan. Mengetahui efek samping potensial dapat mengarahkan orang tua untuk meminta bentuan medis bila diperlukan
2.      Setelah infeksi, istirahat yang sering akan meningkatkan pemulihan

D.    Evaluasi
1.      Anak tidak menunjukkan tanda peningkatan TIK
2.      Anak tidak akan mengalami cedera akibat kejang
3.      Suhu badan anak akan tetap kurang dari 37,8o C
4.      Orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan di rumah





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.













DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Morgan, Kathleen Speer. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta. Sagung Seto
Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC

1 komentar:

  1. Best casino no deposit bonuses 2020
    Casino no deposit bonus codes 2020 포커 칩 With 바인드 토토 a welcome bonus 사설토토 up to €300 in free play and free spins in 188 벳 the US, 골인 벳 you can claim free spins to your

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor