BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat. (Suriadi. 2006).
Meningitis adalah peradangan selaput otak, sumsum
tulang belakang atau keduanya. (Kathleen Morgan
Speer. 2008).
Meningitis merupakan peradangan pada daerah
meningen. (A. aziz Alimul Hidayat. 2006).
B.
Etiologi
·
Bakteri
Haemophilus
influenza (tipe B), streptococcus pneumoniae, neisseria meningitis, β hemolytic
streptococcus, staphilococcus aureu, e. coli
·
Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibanding dengan wanita
·
Faktor maternal
Ruptur membra fetal,
infeksi maternal pada minggu terkhir kehamilan
·
Faktor imunologi
Defisiensi mekanisme
imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi
·
Anak dengan kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
C.
Patofisiologi
·
Efek peradangan akan
menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinal yang dapat menyebabkan obstruksi
dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial.
Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edema dan
eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.
·
Organisme masuk melalui sel darah merah
pada blood brain barrier. Masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur
pembedahan, atau pecahnya abses serebral melalui kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea
atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis,
dimana terjadi hubungan antara CSF dan
dunia luar.
·
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf
pusat melalui ruang sub-arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via,
arachnoid, CSF dan ventrikel.
·
Dari reaksi radang muncul eksudat dan
perkembangan infeksi pada ventrikel menyebebkan obstruksi pada CSF dan
menimbulkan hidrosefalus.
·
Meningitis bakteri, netrofil, monosit,
limfosit dan yang lainnya merupakan respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri
dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang subarachnoid. Penumpukan
pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF disekitar otak dan medula
spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat ari pembuluh darah dapat menimbulkan
ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi
infarck
·
Meningitis virus sebagai akibat dari
penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan herpes zoster.
Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak adamokroorganisme pada
kultur CSF.
Luka pembedahan injury kelainan
sistem saraf
pusat
(sipina bifida)
Bakteri
Melepaskan
substansi vasoaktif
Injury neuronal
Perubahan
permeabilitas sawar darah
Reksi inflamasi
Hiperemis dan edema
Exudasi
pada otak
(tergantung pada tipe
organisme penyebab)
D.
Manifestasi Klinik
·
Neonatus menolak untuk makan, refleks
mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan
menangis lemah
·
Anak-anak dan remaja : demam tinggi,
sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agrasif
atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda Kernig dan brudzinski
positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (manunjukkan
adanya infeksi meningococcal)
·
Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga
2 tahun) : demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis
dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan
Brudzinsky positif
E.
Komplikasi
·
Hidrosefalus obstruktif
·
Maningococcal septicemia (mengingocemia)
·
Sindrom
Water Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
·
SIADH ( Syndrome Inappropriate
Antidiuretik Hormone)
·
Efusi subdural
·
Kejang
·
Edema dan herniasi serebral
·
Cerebral Palsy
·
Gangguan mental
·
Gangguan belajar
·
Attention deficit disorder
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
·
Punksi Lumbal : tekanan cairan meningkat
, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat
·
Kultur darah
·
Kultur swab hidung dan tenggorokan
G.
Penatalaksanaan
·
Isolasi
·
Terapi antimikroba : antibiotik yang
diberikan berdasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui
intravena
·
Mempertahankan hidrasi optimum :
mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan. Cairan yang dapat
menyebabkan edema
·
Mencegah dan mengobati komplikasi :
aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami
DIC
·
Mengontrol kejang : pemberian terapi
antiepilepsi
·
Mempertahankan ventilasi
·
Mengurangi meningkatnya tekanan intra
cranial
·
Penatalaksanaan syok bakterial
·
Mengontrol perubahan suhu lingkungan
yang ekstrim
·
Memperbaiki anemia
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Neurologis
·
Kejang-kejang
·
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
·
Mata terbenam (setting-sung sign)
·
Kakakuan kuduk
·
Tanda Kernig positif
·
Tanda Brudzinski positif
·
Rektivitas pupil menurun
·
Iritabilitas
·
Opistotonus
·
Sakit kepala
·
Tangisan dengan nada tinggi
Respirasi
Baru saja mengalami
riwayat infeksi, sakit tenggorok, tau tanda dan gejala flulike
Gastrointestinal
Muntah
Integumen
·
Ubun-ubun menonjol
·
Petekie
·
Ekstremitas dingin
·
Ruam
·
Sianosis
·
Demam
B.
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan
perfusi jaringan serebrum yang b/d peningkatan TIK
2. Resiko
cedera sekunder akibat kejang
3. Hipertermia
yang b/d infeksi
4. Defisit
pengetahuan yang b/d perawatan di rumah
C.
Intervensi
Keperawatan
Dx
1 : Gangguan
perfusi jaringan serebrum yang b/d peningkatan TIK
Hasil
yang diharapkan : anak tidak menunjukkan tanda peningkatan
TIK
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji status neurologis anak
setiap 2-4 jam, catat tanda letargi, penonjolan ubun-ubun (pada bayi), perubahan
pupil, atau kejang-kejang
2.
Pantau asupan dan haluaran cairan
setiap pergantian dinas
3.
Pantau tanda vital setiap 2-4 jam
4. Catat kualitas dan nada tangisan anak
|
1.
Pengkajian status neurologis yang
sering digunakan sebagai dasar mengidentifikasi tanda-tanda dini peningkatan
TIK
2.
Peningkatan volume cairan akan
meningkatkan TIK
3.
Prubahan tanda-tanda vital yang
disertai dengan peningkatan TIK
4.
Tangisan bernada tinggi
manunjukkan peningkatan TIK
|
Dx 2 : Resiko cedera sekunder akibat kejang
Hasil
yang diharapkan : anak tidak akan mengalami cedera akibat
kejang
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Lakukan kewaspadaan kejang,
seperti menggunakan jalan nafas buatan, dan peralatan pengisapan lendir, dan
pasang penghalang tempat tidur
2.
Beri pengobatan antikonvulsan,
sesuai program
3. Selama kejang, lakukan tindakan berikut :
· Bantu
anak berbaring miring ditempat tidur atau di lantai, singkirkan barang0barang
yang ada di area tempat tidur
· Jangan
mengikat anak, tetapi tetap menemani di sampingnya
· Jangan
meletakkan sesuatu dimulut anak
· Kaji
status pernapasan anak
·
Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya kejang
|
1. Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cedera kepala,
anoksia, tersedak, dan mati serta mengurangi resiko komplikasi labih jauh
2.
Pengobatan antikonvulsan dapat
mengendalikan kejang
3.
Tindakan ini membantu melindungi
anak dan membantu tindak lanjut medis
· Langkah
ini mencegah cedera akibat jatuh dan sentakkan selama kejang
· Pengikatan
atau pemindahan anak dengan paksa dapat menyebabkan cedera
· Mencoba
memasukkan benda kedalam mulut anak dapat merusak gigi dan gusinya
· Anak
memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama atau setelah
kejang
· Jenis
gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang apakah yang
dialami anak
|
Dx
3 : Hipertermia
yang b/d infeksi
Hasil
yang diharapkan : Suhu badan anak akan tetap kurang dari
37,8o C
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 jam
2.
Beri obat antipiretik sesuai
program
3.
Beri oabt antimikroba, sesuai
program
4.
Pertahankan lingkungan yang sejuk
5.
Beri kompres dengan suhu 37o
C, sesuai program
|
1.
Pemantauan dapat mendeteksi
kenaikan suhu
2.
Antipiretik megurangi demam
dengan cara mengurangi set point ke
nilai normal
3.
Antimikroba mengobati infeksi
yang menjadi penyebab penyakit
4.
Lingkungan yang sejuk mengurangi
demam, melalui kehilangan panas secara radiasi
5.
Kompres hangat mendinginkan
permukaan tubuh melalui proses konduksi
|
Dx 4 : Defisit
pengetahuan yang b/d perawatan di rumah
Hasil yang diharapkan : orang
tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan di rumah
Intervensi
|
Rasional
|
1. Ajarkan
orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk uraian tentang dosis dan
efek samping
2.
Ajarkan orang tua pentingnya
memberi istirahat yang adekuat pada anak
|
1.
Pemahaman pentingnya pengobatan
yang konsisten dapat meningkatkan kepatuhan. Mengetahui efek samping
potensial dapat mengarahkan orang tua untuk meminta bentuan medis bila
diperlukan
2.
Setelah infeksi, istirahat yang
sering akan meningkatkan pemulihan
|
D.
Evaluasi
1. Anak
tidak menunjukkan tanda peningkatan TIK
2. Anak
tidak akan mengalami cedera akibat kejang
3.
Suhu
badan anak akan tetap kurang dari 37,8o C
4.
Orang
tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan di rumah
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Meningitis adalah
peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
B.
Saran
Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena itu untuk
memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami berharap saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Morgan, Kathleen Speer. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC
Suriadi, SKp, MSN.
2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta. Sagung Seto
Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC
Best casino no deposit bonuses 2020
BalasHapusCasino no deposit bonus codes 2020 포커 칩 With 바인드 토토 a welcome bonus 사설토토 up to €300 in free play and free spins in 188 벳 the US, 골인 벳 you can claim free spins to your