Terupdate

Senin, 07 Desember 2015

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Widasari Sri Gitarja,SKp. WOC(ET)N. RN
Perawatan luka adalah sebuah kegiatan yang unik dan sederhana. Memahami konsep bahwa setiap kegiatan perawatan luka harus memiliki pencapaian “LUKA SEMBUH”  merupakan tujuan yang utama. Luka sembuh berarti bahwa perawatan yang diberikan dan kemampuan yang memberikan  perawatan  sudah pada capaian professional.  Namun bagaimana  jika luka tidak kunjung sembuh ?
Berikut ini, saya akan memaparkan bahwa kesembuhan luka ternyata dibutuhkan pemahaman petugas kesehatan tentang proses penyembuhan luka dan konsep lembab.
B.1. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler dan bio-kimia terjadi berkesinambungan. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya  bahan kimia  sebagai  substansi  mediator  di daerah  luka merupakan  komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.
Definisi Luka
Luka    adalah  rusaknya  kesatuan  /  komponen  jaringan,  dimana  secara  spesifik  terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Berdasarkan anatomi kulit, kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi : (a) luka superfisial ; kemerahan, terbatas pada lapisan epidermis,
(b) luka “partial thickness” ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dari dermis,
(c) luka “full thickness” ; jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot dan
(d) luka pada (c) dan mengenai otot, tendon dan tulang.
Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan, dapat dibagi menjadi :
(I)         Luka akut ; luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati (gb.4)
(II)        Luka kronis :luka yang mengalami  kegagalan  dalam proses penyembuhan,  dapat karena faktor eksogen atau endogen atau bahkan dapat menjadi keganasan (gb.5)
Setiap kejadian  luka, mekanisme  tubuh akan mengupayakan  dan mengembalikan  komponen jaringan  yang rusak tersebut dengan membentuk  struktur baru dan fungsional  sama dengan keadaan sebelumnya.

Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi  oleh faktor endogen  seperti  : umur, nutrisi, imunologi,  pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik.

B.2. Proses Penyembuhan Luka
Pada  dasarnya  proses  penyembuhan  ditandai  dengan    terjadinya  proses  pemecahan  atau katabolik  dan  proses  pembentukan  atau  anabolik.  Dari  penelitian  diketahui  bahwa  proses anabolik telah dimulai sesaat setelah terjadi perlukaan dan akan terus berlanjut pada keadaan dimana dominasi proses katabolisme selesai.
Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe / jenis dan derajat luka.
Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari :
(1). fase inflamasi  / eksudasi  ; menghentikan  perdarahan  dan mempersiapkan  tempat luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai proses penyembuhan ,
(2). fase proliferasi / granulasi ; pembentukan jaringan granulasi untuk menutup defek atau cedera pada jaringan yang luka, dan
(3).  fase  maturasi  /  diferensisasi  ;  memoles  jaringan  penyembuhan  yang  telah  terbentuk menjadi lebih “matang”  dan “fungsional”.  Urutan tahapan   tersebut juga dikenal sebagai : tahap pembersihan, tahap granulasi dan tahap epitelialisasi.
B.3. Tahapan Proses Penyembuhan Luka
  1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal  fase ini, kerusakan  pembuluh  darah  akan  menyebabkan  keluarnya  platelet  yang berfungsi   hemostasis.   Platelet   akan   menutupi   vaskuler   yang   terbuka   (clot)   dan  juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.

Periode ini hanya berlangsung  5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi  kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi   vasodilator:   histamin,   serotonin   dan  sitokins.   Histamin   kecuali   menyebabkan vasodilatasi  juga mangakibatkan  meningkat-nya  permeabilitas  vena, sehingga  cairan  plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk  ke daerah luka dan secara klinis terjadi odema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut menjadi asidosis.

Eksudasi  ini juga mengakibatkan  migrasi sel lekosit ( terutama netrofil)  ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.

Fungsi sel makrofag disamping fagositosis adalah :
  1. Sintesa kolagen,
  2. Pembentukan jaringan granulasi bersama- sama dengan fibroblast,
  3. Mem-produksi growth factor yang berperan
pada proses re-epitelialisasi dan
  1. Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis.

Dengan berhasil dicapainya keadaan luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya sel makrofag dan fibroblas, maka keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman / parameter bahwa fase inflamasi dapat dilanjutkan ke fase berikutnya yaitu proliferatif.

Secara klinis fase inflamasi ditandai dengan adanya :  eritema, hangat pada kulit, odema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.


  1. Fase proliferatif

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki  dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.  Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.

Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak  dari  jaringan  sekitar  luka  kedalam  daerah  luka,  kemudian  akan  berkembang (proliferasi)   serta  mengeluarkan   beberapa   substansi   (kolagen,   elastin,   hyaluronic  acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (re-konstruksi) jaringan baru.

Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk  cikal bakal jaringan baru (connective tissue  matrix)    dan  dengan  dikeluarkan-nya  substrat  oleh  fibroblas,  memberikan  petanda bahwa  makrofag,  pembuluh  darah  baru  dan  juga  fibroblas  sebagai  kesatuan  unit  dapat memasuki  kawasan  luka.  Sejumlah  sel  dan  pembuluh  darah  baru  yang  tertanam  didalam jaringan  “baru”  tersebut  disebut  sebagai  jaringan  granulasi,  sedangkan  proses  proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetik-nya disebut fibroplasia.

Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah :
  1. Proliferasi,
  2. Migrasi,
  3. Deposit jaringan matriks dan
  4. Kontraksi luka.

Angiogenesis , adalah proses pembentukan pembuluh kapiler darah baru didalam luka. Angiogenesis  memiliki  arti yang penting pada tahapan proliferasi  proses penyembuhan  luka. Kegagalan pembentukan kapiler darah baru / vaskuler pada luka akibat penyakit (diabetes), pengobatan  (radiasi)  atau obat (preparat  steroid)  mengakibatkan  lambatnya  proses  sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis.

Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen.

Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses yang ter-integrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factors).

Proses  selanjutnya  adalah  epitelisasi,  dimana  fibroblas  mengeluarkan  Keratinocyte  Growth Factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari  pinggir  luka  dan  akhirnya  membentuk  barier  yang  menutupi  permukaan  luka.  Dengan sintesa   kolagen   oleh  fibroblas,   pembentukan   lapisan   dermis   ini   akan   disempurnakan kwalitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis.

Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblas  yang mempunyai  kapasitas melakukan  kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.

Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses  kontraksi  dan  akan  dipercepat  oleh  berbagai  growth  factors  yang  dibentuik  oleh makrofag dan platelet.


Fase Maturasi

Fase ini dimulai  pada minggu ke 3 setelah  perlukaan  dan berakhir  sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.
Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang  karena  pembuluh  mulai  regresi  dan  serat  fibrin  dari kolagen  bertambah  banyak untuk memperkuat  jaringan  parut.  Kekuatan  dari jaringan  parut akan mencapai  puncaknya pada minggu ke 10 setelah perlukaan.

Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali  pembentukan  kolagen  juga  akan  terjadi  proses  pemecahan  kolagen  oleh  enzim kolagenase.  Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk  pada fase proliferasi  akan berubah  menjadi  kolagen  yang  lebih matang  yaitu  lebih kuat dan struktur  yang lebih baik (proses re-modelling).

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang di- produksi dengan yang di-pecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

Luka  dikatakan  sembuh  jika  terjadi  kontinuitas  lapisan  kulit  dan  kekuatan  jaringan  parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas yang normal.

Meskipun  proses penyembuhan  luka sama bagi setiap penderita,  namun outcome  atau hasil yang  dicapai  sangat  tergantung  dari  kondisi  biologik  masing-masing  individu,  lokasi  serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan penderita  dengan  kurang  gizi,  manula  atau  disertai  dengan  penyakit  sistemik  (diabetes melitus).


KONSEP BARU
Studi tentang keadaan lingkungan yang optimal dan ber-peran dalam proses penyembuhan luka telah dimulai 30 tahun yang lalu oleh Winter. Penelitian dasar dan klinik mengenai perawatan luka berbasis suasana lembab (moisture balance) telah memberikan pandangan yang berbeda diantara para pakar.
Saat  ini perawatan  luka  tertutup  untuk   dapat  tercapai  keadaan  yang  lembab  telah  dapat diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional teori perawatan luka dalam suasana lembab adalah :

  1. Fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka khronis dapat dengan cepat dihilangkan (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

  1. Angiogenesis
Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis  akan bertambah dengan terbentuknya  heparin dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha)

  1. Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2.6% vs. 7.1%)

  1. Pembentukan  growth factors yang berperan  pada proses penyembuhan  dipercepat  pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor/EGF, Fibroblast Growth Factors/FGF dan Interleukin  1 /Inter-1  adalah  substansi  yang  dikeluarkan  oleh makrofag  yang  berrperan pada   angiogenesis    dan   pembentukan    stratum   korneum.   Platelet-derived    Growth Factor/PDGF dan Transforming Growth Factor-beta/TGF-beta yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblas.

  1. Percepatan pembentukan sel aktif
Invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Sumber :
http://wocare.org/proses-penyembuhan-luka/

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor