PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Widasari Sri Gitarja,SKp. WOC(ET)N. RNPerawatan luka adalah sebuah kegiatan yang unik dan sederhana. Memahami konsep bahwa setiap kegiatan perawatan luka harus memiliki pencapaian “LUKA SEMBUH” merupakan tujuan yang utama. Luka sembuh berarti bahwa perawatan yang diberikan dan kemampuan yang memberikan perawatan sudah pada capaian professional. Namun bagaimana jika luka tidak kunjung sembuh ?
Berikut ini, saya akan memaparkan bahwa kesembuhan luka ternyata dibutuhkan pemahaman petugas kesehatan tentang proses penyembuhan luka dan konsep lembab.
B.1. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler dan bio-kimia terjadi berkesinambungan. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.
Definisi Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Berdasarkan anatomi kulit, kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi : (a) luka superfisial ; kemerahan, terbatas pada lapisan epidermis,
(b) luka “partial thickness” ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dari dermis,
(c) luka “full thickness” ; jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot dan
(d) luka pada (c) dan mengenai otot, tendon dan tulang.
Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan, dapat dibagi menjadi :
(I) Luka akut ; luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati (gb.4)
(II) Luka kronis :luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen atau endogen atau bahkan dapat menjadi keganasan (gb.5)
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan dan mengembalikan komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya.
Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik.
B.2. Proses Penyembuhan Luka
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Dari penelitian diketahui bahwa proses anabolik telah dimulai sesaat setelah terjadi perlukaan dan akan terus berlanjut pada keadaan dimana dominasi proses katabolisme selesai.
Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe / jenis dan derajat luka.
Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari :
(1). fase inflamasi / eksudasi ; menghentikan perdarahan dan mempersiapkan tempat luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai proses penyembuhan ,
(2). fase proliferasi / granulasi ; pembentukan jaringan granulasi untuk menutup defek atau cedera pada jaringan yang luka, dan
(3). fase maturasi / diferensisasi ; memoles jaringan penyembuhan yang telah terbentuk menjadi lebih “matang” dan “fungsional”. Urutan tahapan tersebut juga dikenal sebagai : tahap pembersihan, tahap granulasi dan tahap epitelialisasi.
B.3. Tahapan Proses Penyembuhan Luka
- Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mangakibatkan meningkat-nya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi odema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut menjadi asidosis.
Eksudasi ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit ( terutama netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.
Fungsi sel makrofag disamping fagositosis adalah :
- Sintesa kolagen,
- Pembentukan jaringan granulasi bersama- sama dengan fibroblast,
- Mem-produksi growth factor yang berperan
- Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis.
Dengan berhasil dicapainya keadaan luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya sel makrofag dan fibroblas, maka keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman / parameter bahwa fase inflamasi dapat dilanjutkan ke fase berikutnya yaitu proliferatif.
Secara klinis fase inflamasi ditandai dengan adanya : eritema, hangat pada kulit, odema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
- Fase proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka kedalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (re-konstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkan-nya substrat oleh fibroblas, memberikan petanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan “baru” tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetik-nya disebut fibroplasia.
Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah :
- Proliferasi,
- Migrasi,
- Deposit jaringan matriks dan
- Kontraksi luka.
Angiogenesis , adalah proses pembentukan pembuluh kapiler darah baru didalam luka. Angiogenesis memiliki arti yang penting pada tahapan proliferasi proses penyembuhan luka. Kegagalan pembentukan kapiler darah baru / vaskuler pada luka akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis.
Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen.
Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses yang ter-integrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan Keratinocyte Growth Factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kwalitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis.
Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblas yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factors yang dibentuik oleh makrofag dan platelet.
Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke 3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.
Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke 10 setelah perlukaan.
Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi proses pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang di- produksi dengan yang di-pecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas yang normal.
Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan penderita dengan kurang gizi, manula atau disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
KONSEP BARU
Studi tentang keadaan lingkungan yang optimal dan ber-peran dalam proses penyembuhan luka telah dimulai 30 tahun yang lalu oleh Winter. Penelitian dasar dan klinik mengenai perawatan luka berbasis suasana lembab (moisture balance) telah memberikan pandangan yang berbeda diantara para pakar.
Saat ini perawatan luka tertutup untuk dapat tercapai keadaan yang lembab telah dapat diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional teori perawatan luka dalam suasana lembab adalah :
- Fibrinolisis
- Angiogenesis
- Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2.6% vs. 7.1%)
- Pembentukan growth factors yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor/EGF, Fibroblast Growth Factors/FGF dan Interleukin 1 /Inter-1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh makrofag yang berrperan pada angiogenesis dan pembentukan stratum korneum. Platelet-derived Growth Factor/PDGF dan Transforming Growth Factor-beta/TGF-beta yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblas.
- Percepatan pembentukan sel aktif
Sumber :
http://wocare.org/proses-penyembuhan-luka/
0 komentar:
Posting Komentar