BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat
sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.
Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna
insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus
dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan
oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang
dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
B.Tujuan
Untuk
memenuhi tugas dari dosen yang bersangkutan
Supaya
mahasiswa lebih memahami tentang hidrosefalus pada bayi dan anak
Meningkatkan
minat pembaca untuk tahu tentang Hidrosefalus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan
kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya
tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat
mengalirnya liquor.
B. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis
a. Pembentukan
CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35
ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam.
Pada anak dengan hidrosefalus,
produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2). Parenchym otak
3). Arachnoid
b.
Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari
tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari
sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis.
Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini
mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju
cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere
cortex cerebri.
Sirkulasi
berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
C.Tipe Hidrocephalus
pada Anak atau Bayi
Hidrosephalus
pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah
diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
Pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
Terdesak
oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di
dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan
penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang
menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital denga di dapat terletak
pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya..
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan
anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1.
Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan.
2. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital
adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
D.Etiologi
Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi
dan anak – anak:
1.
Kelainan congenital
2.
Infeksi di sebabkan oleh
perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel pada
masa akut ( misal ; Meningitis )
3.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang
berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
4.
Perdarahan , misalnya perdarahan
otak sebelum atau sesudah lahir.
E.Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu
dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup
sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan
ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam
absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi
kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total
akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis
ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.
F.Tanda Dan Gejala
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior
menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior –
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji
radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
– pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram
menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan
sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional.
Pada bayi
terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak
hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
G.Manifestasi
klinis
1. Bayi :
Kepala menjadi makin besar dan akan
terlihat pada umur 3 tahun.
Keterlambatan penutupan fontanela
anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
Tanda –
tanda peningkatan tekanan intrakranial;
v
Muntah
v
Gelisah
v
Menangis dengan suara ringgi
v
Peningkatan sistole pada tekanan
darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan
pupil, lethargi – stupor.
v
Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
Tanda –
tanda fisik lainnya ;
v
Dahi menonjol bersinar atau
mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
v Alis mata dan bulu mata ke atas,
sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
v Bayi tidak dapat melihat ke atas,
“sunset eyes”
v Strabismus, nystagmus, atropi optik.
v
Bayi sulit mengangkat dan menahan
kepalanya ke atas.
2. Anak
yang telah menutup suturanya ;
Tanda –
tanda peningkatan tekanan intrakranial :
v
Nyeri
kepala
v
Muntah
v
Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
v
Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
v
Penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer
v
Strabismus
v
Perubahan
pupil.
H.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Anamnese
1) Riwayat
penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat
Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan
pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan :
Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan
sakit perut.
1.2 Pemeriksaan
Fisik
1) Inspeksi :
§ Anak dapat
melioha keatas atau tidak.
§ Pembesaran
kepala.
§ Dahi
menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2) Palpasi
§ Ukur lingkar kepala : Kepala semakin
membesar.
§ Fontanela :
Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan
Mata
§ Akomodasi.
§ Gerakan bola mata.
§ Luas lapang
pandang
§ Konvergensi.
§ Didapatkan hasil : alis mata dan
bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
§ Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
1.3 Observasi
Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
§
Peningkatan sistole tekanan darah.
§ Penurunan nadi / Bradicardia.
§ Peningkatan frekwensi pernapasan.
1.4 Diagnosa
Klinis :
§ Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan
lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
§ Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “
Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)
§ Opthalmoscopy : Edema Pupil.
§ CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus
dengan analisisi komputer.
§ Radiologi :
Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
2. Diagnosa
Keperawatan
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan
rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
2) Kecemasan
Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
3) Potensial
Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah.
2.2 Post –
Operatif.
1) Gangguan
rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
2) Resiko
tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3) Resiko
tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
4) Resiko
tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
3.Intervensi Keperawatan
3.1
Pre-Operatif
1) Gangguan
rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial
Data Indikasi : Adanya keluahan
Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar
Tujuan ; Klien akan
mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
§ Jelaskan
Penyebab nyeri.
§ Atur posisi
Klien
§ Ajarkan
tekhnik relaksasi
§ Kolaborasi
dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
§ Persapiapan
operasi
2) Kecemasan
Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data
Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan
orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
§ Dorong orang
tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
§ Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya
menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
§ Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi
dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3) Potensial
Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta
muntah.
Data
Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak
terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
§ Kaji tanda –
tanda kekurangan cairan
§ Monitor Intake dan out put
§ Berikan
therapi cairan secara intavena.
§ Atur jadwal pemberian cairan dan
tetesan infus.
§ Monitor tanda – tanda vital.
3.2 Post
– Operatif.
1)
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Data
Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman
Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
§ Beri kapas
secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
§ Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus
memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang
telah ditentukan.
§ Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam
pemompaan shunt.
§ Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat
dilakukan shunt.
§ Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan
muka (Pucat, dingin, berkeringat)
§ Kaji
orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.
2) Resiko
tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan
kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak
terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
§ Berikan
makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
§ Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan
berikan waktu yang cukup untuk menelan.
§ Ciptakan
suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
§ Monitor
therapi secara intravena.
§ Timbang
berta badan bila mungkin.
§ Jagalah
kebersihan mulut ( Oral hygiene)
§ Berikan makanan ringan diantara waktu makan.
3) Resiko
tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak
terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
§ Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
§ Pertahankan
tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
§ Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
§ Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan
ekspirasi shunt.
4) Resiko
tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas
dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
§ Mobilisasi
klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
§ Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas
kulit dan kontrkatur.
§ Jasgalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
§ Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan
4. Evaluasi
Semua tahap proses keperawatan (diagnosa,
tujuan, intervensi) harus dievaluasi dengan melibatkan klien, perawat, dan tim
kesehatan lainnya yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan
keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang jika tindakan
belum berhasil dan mempertahankan tindakan yang berhasil
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
Pelebaran ventrikuler
ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan
otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.
Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan
11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.Hidrosefalus infantil; 46%
adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam
sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat
penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005).
B.Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi
makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa
yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief
Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.
3. Penerbit Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
Smeltzer
Bare, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
Wong Donna L. 2004. Keperawatan
Pediatrik. EGC. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar