A.
Konsep Medis
1.
Defenisi
Penyakit
hirschprung (megakolon aganglionik congenital) merupakan obstruksi mekanis yang
disebabkan oleh ketidakadekuatan motilitas bagian usus.penyakit ini menempati
seperempat dari keseluruhan kasus obstruksi neonatal kendati diagnosisnya
mungkin baru bisa ditegakkan kemudian dalam masa bayi atau
kanak-kanak.insidensinya adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup,bergantung pada
gambaran klinisnya,penyakit ini bisa bersifat akut dan mengancam kehidupan
pasiennya atau suatu kelainan yang kronis.
(Wong,
Donna L,dkk.2008.Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong Edisi 6)
2. Etiologi
a. Hisprung
disebabkan oleh congenital familia
b.
Hisprung terjadi akibat perpindahan
kranio caudal dari precursor sel saraf ganglion di sepanjang G1 biasanya
terjadi pada minggu ke 5 dan 12 gestasio. (marry.s.muscari,
keperawatan pediatric edisi 3,2005)
3.
Patofisiologi
Istilah
megakolon aganglionik congenital menunjukkan defek primer yang berupa tidak
adanya sel-sel ganglion pada satu segmen kolon atau lebih.
Etiologi
penyakit Hirschprung belum dipahami sepenuhnya.segmen yang aganglionik
hampir selalu meliputi rectum dan bagian
proksimal usus besar.kadang-kadang dapat terjadi “segmen yang terlewatkan” atau
aganglionosis usus total.kurangnya enervasi menyebabkan defek fungsional yang
mengakibatkan tidak adanya gerakan mendorong ( peristaltic) sehingga isi usus
bertumpuk dan terjadi distensi usus di sebelah proksimal defek (megakolon).
Disamping
itu,kemampuan sfingter ani interna untuk melakukan relaksasi turut menimbulkan
manifestasi klinis obstruksi karena keadaan ini mencegah evakuasi kotoran yang
berbentuk padat,cair atau gas.Distensi intestinal dan iskemia dapat terjadi
karena distensi dinding usus yang ikut menyebabkan terjadinya enterokolitis
(inflamasi usus dan kolon) yaitu penyebab utama kematian pada anak-anak yang
menderita penyakit hirscprung (Kirschner,1996)
4.
Manifestasi
klinis
Manifestasi klinis
bervariasi menurut usia ketika gejala penyakit ini dikenali dan keberadaan
komplikasi seperti enterokolitis.
a.
Periode bayi baru lahir
Ø Kegagalan
untuk mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 hingga 48 jam sejak lahir.
Ø Keengganan
untuk mengonsumsi cairan
Ø Muntah
yang bernoda empedu
Ø Distensi
abdomen
b.
Bayi
Ø Kegagalan
tumbuh kembang
Ø Konstipasi
Ø Distensi
abdomen
Ø Episode
diare dan vomitus
Ø Diare
yang menyerupai air dan menyemprot
Ø Demam
Ø Keadaan
umum yang buruk
c.
Anak-anak
Ø Konstipasi
Ø Feses
mirip tambang dan berbau busuk
Ø Distensi
abdomen
Ø Peristaltis
yang terlihat
Ø Massa
feses yang mudah di raba
Ø Anak
biasanya tampak malnutrisi dan anemic
(Wong,
Donna L,dkk.2008.Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong Edisi 6)
5.
Penatalaksanaan
terapeutik
Terapi
utama penyakit Hirschprung adalah pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang
aganglionik agar obstruksi usus dapat dihilangkan dan motilitas usus serta
fungsi sfingter ani interna dapat dipulihkan kembali.
Pembedahan
dilakukan dalam dua tahap.pertama,pembedahan membuat ostomi temporer di sebelah
proksimal segmen aganglionik untuk menghilangkan obstruksi dan memungkinkan
pemulihan usus yang enervasinya normal serta mengalami dilatasi itu kembali
kepada ukurannya yang normal.kedua,pembedahan korektif total biasanya
dilakukan ketika berat badan anak
mencapai ± 9 kg.
Pertimbangan
keperawatan :
Timbulnya persoalan keperawatan yang di
khawatirkan bergantung pada usia anak dan jenis penanganannya.jika kelainan
tersebut didiagnosis selama periode neonatal Tujuan utamanya adalah :
1. Membantu
orang tua menyesuaikan dirinya dengan defek congenital yang diderita oleh anak
mereka
2. Memelihara
ikatan antara orang tua dan anak
3. Menyiapkan
mereka dalam menghadapi intervensi medis/pembedahan
4. Membantu
mereka dalam melakukan perawatan olostomi setelah pulang dari rumah sakit.
Ø Perawatan
prabedah
Perawatan prabedah bagi anak
bergantungpada usia dan kondisi klinisnya.seorang anak yang menderita
malnutrisi mungkin tidak mampu bertahan terhadap pembedahan sebelum kondisi jasmaninya
diperbaiki.persiapan fisik prabedah mencakup tindakan sebagaimana lazimnya
dilakukan setiap pembedahan.
Enterokolitis merupakan komplikasi
penyakit Hirschprung yang paling serius.perawatan prabedah darurat meliputi
pemantauan yang frekuen terhadap tanda-tanda vital dan tekanan darah untuk
mendeteksi tanda-tandah syok,pemantauan pemberian cairan dan elektrolit di
samping plasma atau derivate darah lainnyadan observasi untuk mengamati gejala
perforasi usus seperti demam,peningkatan distensi abdomen.
Karena distensi abdomen yang progresif
merupakan tanda yang serius,perawat harus mengukur lingkaran perut dengan pita
pengukur,biasanya pengukuran dilakukan pada tempat setinggi umbikulus atau pada
bagian abdomen yang paling besar.Usia anak menentukan tipe dan taraf persiapan
pendampingan psikologis yang diperlukan bagi anak dan orang tuanya.karena
biasanya pada keadaan ini akan dilakukan kolostomi.seorang anak yang sedikitnya
sudah berada dalam usia prasekolah harus mendapatkan penjelasan mengenai
prosedur operasi tersebut dengan istilah yang konkrit untuk mencegah rasa cemas
dan kebingungan yang dapat timbul.Kepada orang tua dan anak yang besar,harus
ditekankan bahwa kolostomi untuk penyakit Hirschprung hanya bersifat sementara
kecuali jika terdapat banyak bagian usus yang terkena sehingga harus dilakukan
ileostomi permanen
Ø Perawatan
pascabedah
Perawatan pascabedah sama dengan
pembedahan abdomen yang dilakukan pada anak atau bayi.
Bila kolostomi merupakan bagian
pembedahan korektif,perawatan stoma menjadi tugas utama keperawatan.untuk
mencegah kontaminasi luka abdomen oleh urine pada bayi,popoknya harus
dipenitikan di bawah kasa pembalut.kadang-kadang digunakan kateter foley dalam
periode perawatan pasca bedah untuk mengalihkan aliran urine menjauhi daerah
abdomen.
Ø Perawatan
saat pulang
Sesudah pembedahan orang tua memerlukan
petunjuk-petunjuk mengenai perawatan kolostomi.kendati masih berada dalam usia
prasekolah,anak dapat dilibatkan dalam perawatan barang yang diperlukan untuk
perawatan kolostomi kepada orang tuanya,dengan menggulung kantong penampung
kolostomi yang sudah kosong atau dengan mengoleskan salep pelindung pada kulit
di sekitar kolsotomi.
(Wong,
Donna L,dkk.2008.Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong Edisi 6)
B.
Konsep Keperawatan
1.
Pengkajian
Lakukan pengkajian fisik rutin. Dapatkan
riwayat kesehatan dengan cermat terutama yang berhubungan dengan pola defekasi.
ü Kaji
status hidrasi dan nutrisi umum.
ü Monitor
bowel elimination pattern.
ü Ukur
lingkar abdomen.
ü Observasi
manifestasi penyakit Hirschsprung.
Periode bayi baru
lahir.
ü Gagal
mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir.
ü Menolak
untuk minum air.
ü Muntah
berwarna empedu.
ü Distensi
abdomen.
Masa bayi
ü Ketidakadekuatan
penambahan berat badan konstipasi.
ü Distensi
abdomen.
ü Episode
diare dan muntah2 ominous(sering menandakan adanya enterokolitis).
·
Diare berdarah
·
Demam
·
Letargi berat.
Masa kanak-kanak(gejala lebih kronis).
ü Konstipasi
ü Feses
berbau menyengat dan seperti karbon
ü Distensi
abdomen
ü Massa
fekal dapat teraba
ü Anak
biasanya mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk.
Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian,misalnya radoografi, biopsy
rectal,manometrii anorektal.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Prapembedahan
1.
Konstipasi
2.
Kurang volume cairan dan elektrolit
3.
Gangguan kebutuhan nutrisi
4.
resiko cedera (injuri)
5.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b. Pascapembedahan
1.
Nyeri
2.
Resiko infeksi
3.
Resiko komplikasi pascapembedahan
3.
Intervensi Keperawatan
1. Prapembedahan
a.
Konstipasi berhubungan dengan obstruksi, tidak adanya ganglion pada usus.
Tujuan
: Konstipasi dapat diatasi
Kriteria
hasil : Klien sudah tidak mengalami
konstipasi lagi
intervensi
:
1. Monitor
terhadap fungsi usus dan karakteristik feses.
2. Berikan
spoling dengan air garam fisiologis bila tidak ada kontra-indikasi lain.
3. Kolaborasi
dengan dokter tentang rencana pembedahan
:
Ada dua tahap
pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel di mana diharapkan
tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal
dalam waktu 3-4 bulan. Terdapat 3 prosedur dalam pembedahan di antaranya :
· Prosedur
duhamel dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosikannya di belakang usus aganglionik,membuat dinding ganda yaitu
selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
· Prosedur
swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end
pada kolon yang berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian
posterior.
· Prosedur
soave dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh
kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
b. Kurang Volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan perubahan mukosa, produksi dan berat jenis urine.
Tujuan
: gangguan volume cairan
dan elektrolit dapat teratasi
Kriteria
hasil : volume cairan tubuh kembali
normal
Intervensi
:
· Lakukan
monitor terhadap status hidrasi dengan cara mengukur asupan dan keluaran cairan
tubuh.
· Observasi
membran mukosa, turgor kulit, produksi urine dan status cairan
· Kolaborasi
dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi.
c.
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan perubahan status nutrisi
Tujuan : Gangguan kebutuhan nutrisi
dapat teratasi
Kriteria Hasil : intake nutrisi klien meningkat
intervensi :
· Monitor
perubahan status nutrisi antara lain turgor kulit, asupan.
· Lakukan
pemberian nutrisi parenetral apabila secara oral tidak memungkinkan.
· Timbang
berat badan setiap hari.
· Lakukan
pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi sisa.
d.
Resiko Cedera (injuri) berhubungan dengan komplikasi yang ditimbulkan penyakit
ini
Tujuan
: resiko cedera (injuri)
dapat teratasi
Kriteria
hasil : cedera (injuri) tidak terjadi
intervensi
:
· Pantau
tanda vital setiap 2 jam (kalau perlu)
· Observasi
tanda adanya perforasi usus seperti muntah, meningkatnya nyeri tekan, distensi
abdomen, iritabilitas, gawat pernapasan, tanda adanya enterokolistik.
· Lakukan
pengukuran lingkar abdomen setiap 4 jam
untuk mengetahui adanya distensi abdomen.
2.
Pascapembedahan
a. Nyeri berhubungan dengan pascapembedahan
Tujuan :
rasa nyeri dapat di atasi
Kriteria Hasil :
klien sudah tidak merasakan nyeri
intervensi
:
· Lakukan
observasi atau monitoring tanda skala nyeri
· Lakukan
teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back rub), sentuhan.
· Pertahankan
posisi yang nyaman bagi pasien.
· Kolaborasi
dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan.
b.
Risiko Infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien dalam
penatalaksanaan terapeutik pascapembedahan
Tujuan
: resiko infeksi dapat
dihindari
Kriteria
Hasil : klien tidak mengalami infeksi
nasokomial
intervensi
:
· Monitor
tempat insisi
· Ganti
popok yang kering untuk untuk menghindari kontaminasi feses.
· Lakukan
perawatan pada kolostomi atau perianal.
· Kolaborasi
pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan pengobatan terhadap mikroorganisme.
c.
Risiko Komplikasi pascapembedahan berhubungan dengan adanya perforasi,
obstruksi usus dan kebocoran.
Tujuan
: mempertahankan status
pascapembedahan agar lebih baik dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
Kriteria
Hasil : klien tidak mengalami
risiko komplikasi pascapembedahan
Intervensi
:
· Monitor
tanda adanya komplikasi seperti: obstruksi usus karena perlengketan, volvulus,
kebocoran pada anastomosis, sepis, fistula, enterokolitis, frekuensi defekasi,
konstipasi, perdarahan dan lain-lain.
· Monitor
peristaltik usus
· Monitor
tanda vital dan adanya distensi abdomen untuk mempertahankan kepatenan
pemasangan nasogastrik. (Hidayat, A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak buku 2.)
4. Evaluasi
a. Cedera
(injuri) tidak terjadi
b. Intake
nutrisi klien meningkat
c. Volume
cairan tubuh kembali normal
d.
Klien sudah tidak mengalami konstipasi
lagi
e. Klien
sudah tidak merasakan nyeri
f. Klien
tidak mengalami infeksi nasokomial
g. Klien
tidak mengalami risiko komplikasi pascapembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak buku 2.Salemba Medika : Jakarta
Wong,
Donna L,dkk.2008.Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong Edisi 6 vol.2.EGC: Jakarta
Marry.s.muscari,
dkk.2005. Keperawatan Pediatric edisi 3.
EGC:Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar