Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)



KONSEP TEORI
I.       KONSEP MEDIS
A.    Pengertian
            Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:57)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)  atau Deman Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabakan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terurama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (Nursalam,Rekawati Susilaningrum dan Sri Utami,2005:159-160)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.Penyakit ini lebih di kenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD). (A.Aziz Alimul Hidayat,2006:123)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan,disebabkan oleh virus,ditandai oleh permeabilitas kapiler,kelainan hemostasis pada kasus berat,syndrome syok kehilangan protein. (Waldo E.Nelson,MD vol.2,1999:1134)
B.     Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) atau Dengue Haemoerrhagic Fever (DHF) adalah virus Dangue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dangue yang termasuk adalah group B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand,dilaporkan bahwa serotype DEN-2 adalah dominan.Sementara di Indonesia,yang terutama dominan adalah DEN-3,tetapi akhir-akhir ini ada kecenderungan dominasi DEN-2. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain. Virus Dengue ini terutama ditularkan memalui vektor nyamuk aedes aegypti .Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis, dan beberapa spesies kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir seluruh Indonesia, kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. (Nursalam,Rekawati Susilaningrum dan Sri Utami,2005:160)

C.    Patofisiologi
Ø  Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi  dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel  dinding itu.
Ø  Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan  fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya  pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Ø  Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Ø  Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:57)






D.    Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
·         Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau pendarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
·         Derajat II  : Derajat I disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain.
·         Derajat III : Derajat III, kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
·         Derajat IV : Derajat IV, renjatan berat, denyut nadi  dan tekanan darah tidak dapat diukur. (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:58)
                                                  
E.     Manifestasi Klinis
a.       Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b.      Perdarahan terutama perdarahan kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c.       Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d.      Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e.       Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f.       Sakit kepala
g.      Pembengkakan sekitar mata
h.      Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i.        Tanda  - tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capilarry refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:59)
                            

F.     Pemeriksaan Diagnostik
·         Darah lengkap : Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau lebih),  trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
·         Serologi : Uji HI (Hemoaglutination Inhibition Test)
·         Rontgen thoraks : Effusi pleura
                       (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:59)

G.    Penatalaksanaan Terapeutik
ü  Minum banyak 1,5 2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
ü  Antipiretik jika terdapat demam.
ü  Antikonvulsan jika terdapat kejang.
ü  Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
           (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:59)












II.    KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien
Nama, umur , jenias kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2.      Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang  kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,dan anak semakin lemah.Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk,pilek,nyeri telan,mual,muntah anoreksia,diare/konstipasi,sakit kepala,nyeri otot dan persendian,nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,gusi (grade III,IV),melena atau hematemesis.
4.      Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah diderita.Pada DHF,anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5.      Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekabalan yang baik maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6.      Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko,apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami mual,muntah,dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
                        
7.      Kondisi lingkungan
Seiring terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju dikamar).
8.      Pola kebiasaan
1)      Nutrisi dan metabolisme: frekuensi,jenis,pantangan,nafsu makan berkurang dan menurun
2)      Eliminasi alvi (BAB), kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena
3)      Eliminasi urine (BAK) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4)      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang
5)      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti
6)      Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan
9.      Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik sebagai berikut:
a.       Grade I: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, Tanda-tanda Vital dan nadi lemah.
b.      Grade II: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada pendarahan spontan petekia, pendarahan gusi dan telinga serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
c.       Grade III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, tidak eratur serta tensi menurun.
d.      Grade IV: Kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak teukur, pernapasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. (Nursalam,Rekawati Susilaningrum dan Sri Utami,2005:163-165)

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan, muntah, dan demam.
2.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
4.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
5.      Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
                   (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60)

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
2.      Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat
3.      Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat
4.      Keluarga menunjukkan koping yang adaptif
5.      Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
     (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60)

D.    Implementasi
1.      Mencegah terjadinya volume cairan
a.       Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap empat jam
b.      Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun
c.       Mengobservasi dan mencatat intake dan output
d.      Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
e.       Memonitor nilai laboratorium: elektrolit darah, Bj urin, serum albumin
f.       Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
g.      Mempertahankan intake dan output yang adekuat
h.      Memonitor dan mencatat berat badan
i.        Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
j.        Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL)

2.      Perfusi jaringan adekuat
a.       Mengakaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)
b.      Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada akstremitas (suhu, kelembaban, dan warna)
c.       Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki)

3.      Kebutuhan nutrisi adekuat
a.       Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan meningkat
b.      Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
c.       Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
d.      Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama. Dan dengan skala yang sama
e.       Mempertahankan kebersihan mulut pasien
f.       Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
                                
4.      Mensupport koping keluarga adaptif
a.       Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
b.      Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
c.       Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
d.      Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak/keluarga menjadi lebih baik dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh keluarga
e.       Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
                              



5.      Mempertahankan suhu tubuh normal
a.       Ukur tanda-tanda vital: suhu
b.      Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
c.       Lakukan “tepid  sponge” (seka) dengan air biasa
d.      Tingkatkan intake cairan
e.       Berikan terapi untuk menurunkan suhu
                        (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60-62)

E.     Perencanaan pemulangan
1.      Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
2.      Jelaskan terapi yang diberikan; dosis, efek samping
3.      Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
4.      Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
     (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:62)
                                        






DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Aziz Alimul A 2006 pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2 Jakarta:Salemba Medika
Nursalam Susilaningrum,Rekawati utami,Sri 2005 Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak  Edisi 1 Jakarta:Salemba Medika
Richard E.Behrman,Robert M.Kliegman,Ann M.Arvin 1999 Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2 Edisi 15 Jakarta:EGC
Suriadi & Yuliani Rita 2006 Asuhan Keperawatan pada Anak Cetakan kedua Jakarta:Sagung Seto

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor