KONSEP
TEORI
I.
KONSEP MEDIS
A.
Pengertian
Demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. (Suriadi dan Rita Yuliani,2006:57)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Deman Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabakan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penyakit dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terurama pada anak.
Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (Nursalam,Rekawati
Susilaningrum dan Sri Utami,2005:159-160)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.Penyakit ini
lebih di kenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD). (A.Aziz Alimul Hidayat,2006:123)
Demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit demam berat yang sering mematikan,disebabkan oleh virus,ditandai oleh
permeabilitas kapiler,kelainan hemostasis pada kasus berat,syndrome syok
kehilangan protein. (Waldo E.Nelson,MD vol.2,1999:1134)
B.
Etiologi
Penyebab
penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) atau Dengue
Haemoerrhagic Fever (DHF) adalah
virus Dangue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dangue yang
termasuk adalah group B dari arthropedi
borne viruses (Arboviruses), yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata
DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang menjadi penyebab terbanyak. Di
Thailand,dilaporkan bahwa serotype DEN-2 adalah dominan.Sementara di
Indonesia,yang terutama dominan adalah DEN-3,tetapi akhir-akhir ini ada
kecenderungan dominasi DEN-2. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype yang lain. Virus Dengue ini terutama ditularkan
memalui vektor nyamuk aedes aegypti
.Nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir seluruh Indonesia, kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan laut. (Nursalam,Rekawati Susilaningrum dan Sri
Utami,2005:160)
C.
Patofisiologi
Ø Virus
dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibodi
dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
Ø Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Ø Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Ø Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi
dan Rita Yuliani,2006:57)
D.
Klasifikasi
Demam Berdarah Dengue
·
Derajat
I :
Demam disertai gejala klinis lain atau pendarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
·
Derajat
II : Derajat I
disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain.
·
Derajat
III : Derajat III, kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
·
Derajat
IV :
Derajat IV, renjatan berat, denyut nadi
dan tekanan darah tidak dapat diukur. (Suriadi dan Rita
Yuliani,2006:58)
E. Manifestasi Klinis
a. Demam
tinggi selama 5 – 7 hari
b.
Perdarahan terutama perdarahan kulit;
ptechie, ekhimosis, hematoma
c.
Epistaksis, hematemesis, melena,
hematuri
d.
Mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
diare, konstipasi
e.
Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan
ulu hati
f.
Sakit kepala
g.
Pembengkakan sekitar mata
h.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar
getah bening
i.
Tanda
- tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capilarry refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
(Suriadi dan Rita
Yuliani,2006:59)
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
·
Darah lengkap : Hemokonsentrasi
(Hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
·
Serologi : Uji HI (Hemoaglutination
Inhibition Test)
·
Rontgen thoraks : Effusi pleura
(Suriadi dan Rita
Yuliani,2006:59)
G.
Penatalaksanaan
Terapeutik
ü Minum
banyak 1,5 2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
ü Antipiretik
jika terdapat demam.
ü Antikonvulsan
jika terdapat kejang.
ü Pemberian
cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai
hematokrit cenderung meningkat.
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:59)
II. KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
pasien
Nama,
umur , jenias kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan
utama
Alasan/keluhan
yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat
penyakit sekarang
Didapatkan
adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran
kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,dan anak
semakin lemah.Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk,pilek,nyeri
telan,mual,muntah anoreksia,diare/konstipasi,sakit kepala,nyeri otot dan
persendian,nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit,gusi (grade III,IV),melena atau hematemesis.
4. Riwayat
penyakit yang pernah di derita
Penyakit
apa saja yang pernah diderita.Pada DHF,anak bisa mengalami serangan ulangan DHF
dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat
imunisasi
Apabila
anak mempunyai kekabalan yang baik maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat
gizi
Status
gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat berisiko,apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak
yang menderita DHF sering mengalami mual,muntah,dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi,maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi
lingkungan
Seiring
terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang mengenang dan gantungan baju dikamar).
8. Pola
kebiasaan
1) Nutrisi
dan metabolisme: frekuensi,jenis,pantangan,nafsu makan berkurang dan menurun
2) Eliminasi
alvi (BAB), kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada
grade III-IV bisa terjadi melena
3) Eliminasi
urine (BAK) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4) Tidur
dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang
5) Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti
6) Perilaku
dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan
9. Pemeriksaan
fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik sebagai
berikut:
a. Grade
I: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, Tanda-tanda Vital dan nadi
lemah.
b. Grade
II: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada pendarahan spontan
petekia, pendarahan gusi dan telinga serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
c. Grade
III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, tidak
eratur serta tensi menurun.
d. Grade
IV: Kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak teukur,
pernapasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
(Nursalam,Rekawati
Susilaningrum dan Sri Utami,2005:163-165)
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan, muntah, dan demam.
2.
Perubahan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
4.
Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan kondisi anak
5.
Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi virus
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60)
C.
Intervensi
Keperawatan
1.
Anak menunjukkan tanda-tanda
terpenuhinya kebutuhan cairan.
2.
Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi
jaringan perifer yang adekuat
3.
Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan
nutrisi yang adekuat
4.
Keluarga menunjukkan koping yang adaptif
5. Anak
menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60)
D. Implementasi
1. Mencegah terjadinya volume cairan
a.
Mengobservasi tanda-tanda vital paling
sedikit setiap empat jam
b.
Monitor tanda-tanda meningkatnya
kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin
menurun
c.
Mengobservasi dan mencatat intake dan
output
d.
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh
e.
Memonitor nilai laboratorium: elektrolit
darah, Bj urin, serum albumin
f.
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh
g.
Mempertahankan intake dan output yang
adekuat
h.
Memonitor dan mencatat berat badan
i.
Memonitor pemberian cairan melalui
intravena setiap jam
j.
Mengurangi kehilangan cairan yang tidak
terlihat (insensible water loss/IWL)
2. Perfusi jaringan adekuat
a.
Mengakaji dan mencatat tanda-tanda vital
(kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)
b.
Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada
akstremitas (suhu, kelembaban, dan warna)
c.
Menilai kemungkinan terjadinya kematian
jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki)
3.
Kebutuhan
nutrisi adekuat
a.
Ijinkan anak untuk memakan makanan yang
dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat
selera makan meningkat
b.
Berikan makanan yang disertai dengan
suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
c.
Menganjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
d.
Menimbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama. Dan dengan skala yang sama
e. Mempertahankan
kebersihan mulut pasien
f.
Menjelaskan pentingnya intake nutrisi
yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
4.
Mensupport
koping keluarga adaptif
a.
Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua
atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
b.
Ijinkan orang tua dan keluarga untuk
memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling
mencemaskan keluarga
c.
Identifikasi koping yang biasa digunakan
dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
d.
Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat
dilakukan untuk membuat anak/keluarga menjadi lebih baik dan jika memungkinkan
memberikan apa yang diminta oleh keluarga
e.
Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak
sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini
terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama kemudian secara bertahap
meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
5.
Mempertahankan
suhu tubuh normal
a.
Ukur tanda-tanda vital: suhu
b. Ajarkan
keluarga dalam pengukuran suhu
c. Lakukan
“tepid sponge” (seka) dengan air biasa
d. Tingkatkan
intake cairan
e. Berikan
terapi untuk menurunkan suhu
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:60-62)
E. Perencanaan pemulangan
1.
Berikan informasi tentang kebutuhan
melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
2. Jelaskan
terapi yang diberikan; dosis, efek samping
3.
Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan
penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
4.
Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai
waktu yang ditentukan
(Suriadi dan Rita Yuliani,2006:62)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Aziz
Alimul A 2006 pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2 Jakarta:Salemba Medika
Nursalam Susilaningrum,Rekawati
utami,Sri 2005 Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak Edisi 1 Jakarta:Salemba
Medika
Richard
E.Behrman,Robert M.Kliegman,Ann M.Arvin 1999 Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2 Edisi 15 Jakarta:EGC
Suriadi &
Yuliani Rita 2006 Asuhan Keperawatan pada
Anak Cetakan kedua Jakarta:Sagung Seto
0 komentar:
Posting Komentar