Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

IDIOPATIK DIABETES MELLITUS (DM)



IDIOPATIK DIABETES MELLITUS (DM)

1.    PENGERTIAN
DM adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan defisiensi total atau parsial hormon insulin, yang mengakibatkan penyesuaian metabolic atau perubahan fisiologis pada hampir semua area tubuh. DM merupakan gangguan endokrin yang paling sering ditemui pada masa kanak-kanak, yang puncaknya dicapai selama awal masa remaja.
Pada tahun 1997, Expert Comitte on the diagnosis and classification of diabetes mellitus of American diabetes association menerbitkan klasifikasi baru diabetes mellitus. DM dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok utama :
1.    Diabetes tipe 1 :
Ditandai dengan dekstruksi sel-sel beta pangkreas yang memproduksi insulin, biasanya menyebabkan defisiensi insulin absolute. Serangan secara khas terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja tetapi dapat juga terjadi pada semua umur.
2.    Diabetes tipe 2 :
Biasanya timbul karena resistensi insulin yang ditandai dengan kegagalan tubuh untuk menggunakan insulin secara tepat, disertai defisiensi insulin relative. Serangan biasanya setelah usia 40 tahun dan muncul secara heterogen, penderita mungkin memerlukan injeksi insulin setiap hari dan mungkin tidak.
3.    Maturity onset diabetes of the young (MODY) :
Diperoleh sebagai gangguan dominan autosomal yang ditandai dengan pembentukan insulin berstruktur abnormal yang menurunkan aktivitas biologis. Serangan biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun.

2.    ETIOLOGI
DM tipe 1 sekarang diyakini sebagai penyakit autoimun yang timbul jika individu yang memiliki predisposisi genetic terpajan pada faktor pencetus, seperti infeksi virus.
a.    Faktor Genetik
DM tipe 1 tidak diwariskan oleh orang tua, tetapi hereditas adalah faktor etiologi yang dominan. Berbagai mekanisme genetic telah diajukan, tetapi sebagian besar ahli cenderung mengajukan warisan multifaktorial atau gen resesif yang entah bagaimana terkait dengan human lymphocyte antigen (HLA).

b.    Mekanisme autoimun
Proses autoimun melibatkan penderita DM tipe 1. Teori terbaru menyebutkan bahwa gen HLA dapat menyebabkan defek system imun sehingga individu menjadi rentang terhadap faktor pemicu, misalnya sumber diet, virus, bakteri, atau iritan kimiawi. Faktor predisposisi memulai proses autoimun dengan menghancurkan sel-sel beta, insulin tidak bisa diproduksi.

3.    PATOFISIOLOGI
Insulin diperlukan untuk menunjang metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terutama dengan menfasilitasi masuknya zat ini kedalam sel dengan pengecualian sel saraf dan jaringan pembuluh darah. Karena terjadi defisiensi insulin, glukosa tidak mampu memasuki sel dan konsentrasinya didalam darah meningkat (Hiperglikemia). Peningkatan konsentrasi gukosa menghasilkan gradient osmotic yang menyebabkan pergerakan cairan tubuh dari ruang intraseluler menuju ruang ekstraseluler, dari ruang ekstraseluler cairan tubuh diekskresikan oleh ginjal. Apabila kadar glukosa serum melebihi ambang ginjal    ( ± 180 mg/dl), glukosa meluap kedalam urin (glikosuria), disertai dengan penambahan air secara osmotic (poliuria) suatu tanda utama diabetes. Kehilangan cairan melalui urine menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsia) yang diamati terjadi pada diabetes. Pengeluaran cairan akan menyebabkan deplesi zat-zat kimia esensial lainnya.
Protein juga dibuang selama defisiensi insulin karena glukosa tidak mampu memasuki sel, protein dipecah dan dikonversi menjadi glokosa oleh hati (glukogenesis). Glukosa ini kemudian berkontribusi terhadap terjadinya hiperglikemia, karena karbohidrat tidak digunakan untuk menghasilkan energy, tubuh menggunakan simpanan lemak dan protein untuk memenuhi kebutuhan energinya. Mekanisme lapar dicetus, tetapi asupan makanan yang meningkat (polipagia) memperberat masalah dengan semakin meningkatkan kadar glukosa darah.

4.    MANIFESTASI KLINIK
a.    Poliuria
b.    Polidipsia
c.    Polifagia
d.    Mengalami penurunan berat badan (selama waktu kurang dari 3 minggu)
e.    Dehidrasi (biasanya 10 % dehidrasi)
f.     Kulit kemerahan
g.    Penyembuhan luka jelek.
h.    Ketoasidosin diabetikum, hiperglikemia, ketonemia, ketonuria, pernafasan kassmaul.
i.      Kadar glukosa darah meningkat
j.      Letih dan kulit kering.
k.    Perubahan tingkat kesadaran (akibat dehidrasi progresif, asidosis, ketidak seimbangan elektrolit yang menimbulkan penurunan oksigen serebri).

5.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemeliharaan control glukosa darah biasanya berhubungan dengan keseriusan penyakit yang diderita. Karena kondisi tersebut, tujuan penatalaksanaan diabetes adalah mempertahankan keadaan euglikemia sambil mengenali dan mengatasi keton dalam urine serta mencegah dehidrasi. Dan Tujuan pengobatan adalah
a.    Memberikan insulin dengan cara yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa atau yang mendekati rentang normal, dan
b.    Untuk menjamin terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pasien harus memenuhi diet yang mengandung jumlah karbohidrat yang konsisten selain menghindari lemak yang berlebihan, harus olahraga kebugaran tubuh, dan harus memantau respon gula darah terhadap terapi insulin.
v  Insulin
Kebanyakan anak-anak menerima injeksi subkutan (campuran NPH dan insulin regular) dua kali sehari, yang memberikan kadar basal insulin seperti halnya kadar puncak selama makan. Pada awal penyakit, kebanyakan anak memerlukan insulin 0,25-0,75 unit/kg/hari. Kira-kira setahun setelah diagnosis, kebutuhan insulin biasanya meningkat hingga kurang lebih 0,5-1,0 unit/kg/hari.
v  Diet
Lebih dari 55 % total asupan energy yang dianjurkan terdiri atas karbohidrat (70% sebaiknya berupa karbohidrat kompleks, karena karbohidrat ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa secara lebih perlahan), 30% atau kutang sebaiknya terdiri atas lemak (10% atau kurang dari diet total sebaiknya lemak jenuh) dan 10-15% sebaiknya protein. Diet tinggi serat terbukti dapat memperbaiki control gula darah pada penderita diabetic dengan menyebabkan penundaan absorpsi.
Selain itu, dosis suplemen lispro atau insulin regular sering kali digunakan menangani hiperglikemia yang terkait dengan penyakit. Penatalaksanaan penyakit harus selalu meliputi perhatian yang cermat terhadap keseimbangan cairan. Hiperglikemia turut menyebabkan dehidrasi, dan anak akan memerlukan cairan oral tambahan ketika ia sakit.

6.    ASUHAN KEPERAWATAN
a.    Pengkajian
§  Lakukan pengkajian fisik
§  Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes.
§  Dapatkan riwayat kesehatan terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih, penurunan tingkat kesadaran dan manifestasi lain dari diabetes mellitus tergantung insulin.
§  Lakukan atau bantu prosedur diagnostic dan pengujian misalnya : gula darah puasa, kadar insulin serum, glukosa darah.

b.    Diagnosa keperawatan
1.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisiensi insulin
2.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan hipoglikemia.
3.    Kurangnya pengetahuan (penatalaksanaan diabetes) berhubungan dengan perawatan anak yang menderita diabetes mellitus yang baru didiagnosis.

c.    Perencanaan
1.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisiensi insulin.
Tujuan : pasien menunjukkan kadar glukosa darah yang normal.
Intervensi :
ü Dapatkan kadar glukosa darah.
Rasional : untuk menentukan dosis insulin yang paling tepat.
ü Berikan insulin sesuai ketentuan.
Rasional : Untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal.
ü Pahami kerja insulin, perbedaan dalam komposisi, waktu awitan, dan durasi kerja untuk berbagai preparat insulin.
Rasional : Untuk menjamin pemberian insulin yang akurat.
ü Injeksi subkutan dengan kedalaman yang sesuai dengan ketebalan jaringan subkutan dan rotasi area injeksi.
Rasional : Untuk meningkatkan absorbsi kadar glukosa.

2.    Resiko tinggi cedera berhubungan dengan hipoglikemia.
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti hipoglikemia.
Intervensi :
ü Uji glukosa darah, berikan 10-15 g karbohidrat yang siap diabsobrsi seperti jus jeruk, atau susu.
Rasional : untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan menghilangkan gejala hipoglikemia.
ü Lanjutkan dengan karbohidrat dan protein kompleks seperti roti yang dilapisi selei keju.
ü Berikan glukagon pada anak yang tidak sadar.
Rasional : Untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
ü Berikan posisi semifowler pada anak.
Rasional : Untuk meminimalkan resiko aspirasi, karena dapat terjadi muntah.
3.    Kurangnya pengetahuan (Penatalaksanaan diabetes) berhubungan dengan perawatan anak yang menderita diabetes mellitus yang baru didiagnosis.
Tujuan 1 : Pasien menerima pengajaran yang diberikan.
Intervensi :
ü Pilih metode perbendaharaan kata dan isi yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik.
ü Libatkan semua rasa dan terapkan suatu bentuk strategi pengajaran, terutama partisipasi.
Rasional : karena hal ini biasanya merupakan metode yang paling efektif untuk pembelajaran.
Tujuan 2 : pasien (keluarga) menunjukkan pemahaman tentang perencanaan diet.
Intervensi :
ü Tekankan hubungan antara kebutuhan nutrisi normal dan penyakit.
Rasional : untuk mendorong rasa kenormalan.
ü Bantu anak dan keluarga memperkirakan berat makanan berdasarkan volume.
Rasional : karena hal ini lebih praktis dari pada menimbang makanan.
ü Ajari dan berikan penguatan tentang pemahaman konsep pertukaran makanan.
Rasional : Karena pertukaran makanan menjamin konsistensi masukan total dari hari kehari, sambil memberikan pilihan makanan.

Tujuan 3 : Psien (keluarga) menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan insulin.
ü Ajari anak dan keluarga tentang karakteristik insulin yang diberikan kepada anak.
Rasional : karena terdapat berbagai preparat insulin.
ü Ajarkan prosedur injeksi, tekankan peserta didik bahwa prosedur tersebut akan menjadi bagian rutin dari kehidupan anak.
Rasional : Untuk menurunkan ansietas anak.
ü Gunakan teknik demonstrasi dan demonstrasi ulang sebelum menginjeksi anak.
Rasional : Karena hal ini biasanya kurang menimbulkan stress.
ü Bantu keluarga dan anak melakukan pola injeksi rotasi.
Rasional : penting untuk absorbs maksimum dari insulin.

d.    Evaluasi
1.    Anak menunjukkan kadar glukosa darah normal.
2.    Anak mencerna karbohidrat yang tepat.
3.    Anak tidak menunjukkan bukti-bukti hipoglikemia.
4.    Anak dan atau keluarga menunjukkan pemahaman tentang insulin, bentuk-bentuknya dan kerja insulin.
5.    Anak/ keluarga mendemonstrasikan teknik injeksi dengan benar.
6.    Anak / keluarga mengembangkan rencana rotasi.
7.    Anak dan atau keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.






DAFTAR PUSTAKA

1.    Wong L Donna, dkk, 2007, pedoman klinis keperawatan pediatric, editor bahasa indonesia edisi 4, Jakarta EGC.

2.    Wong L Donna, 2009, Buku ajar keperawatan pediatric wong, penerbit buku kedokteran, Jakarta EGC.

3.    William M Schwartz, 2007. pedoman klinis pediatric, Penerbit buku kedokteran, Jakarta EGC.

4.    Suriadi, rita yuliani, 2005. Buku pegangan pediatric klinik Askep pada anak, penerbit CV. Sagung seta, Jakarta.

5.    Cecily L, dkk, 2002, buku saku keperawatan pediatric, Jakarta: EGC

6.    Rudolph M, Abraham, dkk. 2007. Buku ajar pediatric Rudolph volume 3, penerbit buku kedokteran. Jakarta. EGC.

7.    Mary baredo dkk, 2009, seri asuhan keperawatan: klien gangguan endokrin, penerbit buku kedokteran, Jakarta, EGC.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor