IDIOPATIK DIABETES MELLITUS (DM)
1. PENGERTIAN
DM
adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan defisiensi total atau parsial
hormon insulin, yang mengakibatkan penyesuaian metabolic atau perubahan
fisiologis pada hampir semua area tubuh. DM merupakan gangguan endokrin yang
paling sering ditemui pada masa kanak-kanak, yang puncaknya dicapai selama awal
masa remaja.
Pada
tahun 1997, Expert Comitte on the diagnosis and classification of diabetes
mellitus of American diabetes association menerbitkan klasifikasi baru diabetes
mellitus. DM dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok utama :
1. Diabetes
tipe 1 :
Ditandai dengan dekstruksi
sel-sel beta pangkreas yang memproduksi insulin, biasanya menyebabkan
defisiensi insulin absolute. Serangan secara khas terjadi pada masa kanak-kanak
dan remaja tetapi dapat juga terjadi pada semua umur.
2. Diabetes
tipe 2 :
Biasanya timbul karena
resistensi insulin yang ditandai dengan kegagalan tubuh untuk menggunakan
insulin secara tepat, disertai defisiensi insulin relative. Serangan biasanya
setelah usia 40 tahun dan muncul secara heterogen, penderita mungkin memerlukan
injeksi insulin setiap hari dan mungkin tidak.
3. Maturity
onset diabetes of the young (MODY) :
Diperoleh sebagai gangguan
dominan autosomal yang ditandai dengan pembentukan insulin berstruktur abnormal
yang menurunkan aktivitas biologis. Serangan biasanya dimulai sebelum usia 25
tahun.
2. ETIOLOGI
DM tipe 1 sekarang
diyakini sebagai penyakit autoimun yang timbul jika individu yang memiliki
predisposisi genetic terpajan pada faktor pencetus, seperti infeksi virus.
a. Faktor
Genetik
DM tipe 1 tidak diwariskan
oleh orang tua, tetapi hereditas adalah faktor etiologi yang dominan. Berbagai
mekanisme genetic telah diajukan, tetapi sebagian besar ahli cenderung
mengajukan warisan multifaktorial atau gen resesif yang entah bagaimana terkait
dengan human lymphocyte antigen
(HLA).
b. Mekanisme
autoimun
Proses autoimun melibatkan
penderita DM tipe 1. Teori terbaru menyebutkan bahwa gen HLA dapat menyebabkan
defek system imun sehingga individu menjadi rentang terhadap faktor pemicu,
misalnya sumber diet, virus, bakteri, atau iritan kimiawi. Faktor predisposisi
memulai proses autoimun dengan menghancurkan sel-sel beta, insulin tidak bisa
diproduksi.
3. PATOFISIOLOGI
Insulin
diperlukan untuk menunjang metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terutama
dengan menfasilitasi masuknya zat ini kedalam sel dengan pengecualian sel saraf
dan jaringan pembuluh darah. Karena terjadi defisiensi insulin, glukosa tidak
mampu memasuki sel dan konsentrasinya didalam darah meningkat (Hiperglikemia). Peningkatan konsentrasi
gukosa menghasilkan gradient osmotic yang menyebabkan pergerakan cairan tubuh
dari ruang intraseluler menuju ruang ekstraseluler, dari ruang ekstraseluler
cairan tubuh diekskresikan oleh ginjal. Apabila kadar glukosa serum melebihi
ambang ginjal ( ± 180 mg/dl), glukosa
meluap kedalam urin (glikosuria), disertai dengan penambahan air secara osmotic
(poliuria) suatu tanda utama diabetes. Kehilangan cairan melalui urine
menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsia) yang diamati terjadi pada
diabetes. Pengeluaran cairan akan menyebabkan deplesi zat-zat kimia esensial
lainnya.
Protein
juga dibuang selama defisiensi insulin karena glukosa tidak mampu memasuki sel,
protein dipecah dan dikonversi menjadi glokosa oleh hati (glukogenesis).
Glukosa ini kemudian berkontribusi terhadap terjadinya hiperglikemia, karena
karbohidrat tidak digunakan untuk menghasilkan energy, tubuh menggunakan
simpanan lemak dan protein untuk memenuhi kebutuhan energinya. Mekanisme lapar
dicetus, tetapi asupan makanan yang meningkat (polipagia) memperberat masalah
dengan semakin meningkatkan kadar glukosa darah.
4. MANIFESTASI
KLINIK
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Polifagia
d. Mengalami
penurunan berat badan (selama waktu kurang dari 3 minggu)
e. Dehidrasi
(biasanya 10 % dehidrasi)
f. Kulit
kemerahan
g. Penyembuhan
luka jelek.
h. Ketoasidosin
diabetikum, hiperglikemia, ketonemia, ketonuria, pernafasan kassmaul.
i. Kadar
glukosa darah meningkat
j. Letih
dan kulit kering.
k. Perubahan
tingkat kesadaran (akibat dehidrasi progresif, asidosis, ketidak seimbangan elektrolit
yang menimbulkan penurunan oksigen serebri).
5. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Pemeliharaan
control glukosa darah biasanya berhubungan dengan keseriusan penyakit yang
diderita. Karena kondisi tersebut, tujuan penatalaksanaan diabetes adalah
mempertahankan keadaan euglikemia sambil mengenali dan mengatasi keton dalam
urine serta mencegah dehidrasi. Dan Tujuan pengobatan adalah
a. Memberikan
insulin dengan cara yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa atau yang
mendekati rentang normal, dan
b. Untuk
menjamin terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Untuk
mencapai tujuan-tujuan ini, pasien harus memenuhi diet yang mengandung jumlah
karbohidrat yang konsisten selain menghindari lemak yang berlebihan, harus
olahraga kebugaran tubuh, dan harus memantau respon gula darah terhadap terapi
insulin.
v Insulin
Kebanyakan anak-anak
menerima injeksi subkutan (campuran NPH dan insulin regular) dua kali sehari,
yang memberikan kadar basal insulin seperti halnya kadar puncak selama makan.
Pada awal penyakit, kebanyakan anak memerlukan insulin 0,25-0,75 unit/kg/hari.
Kira-kira setahun setelah diagnosis, kebutuhan insulin biasanya meningkat
hingga kurang lebih 0,5-1,0 unit/kg/hari.
v Diet
Lebih dari 55 % total asupan
energy yang dianjurkan terdiri atas karbohidrat (70% sebaiknya berupa
karbohidrat kompleks, karena karbohidrat ini menyebabkan peningkatan kadar
glukosa secara lebih perlahan), 30% atau kutang sebaiknya terdiri atas lemak
(10% atau kurang dari diet total sebaiknya lemak jenuh) dan 10-15% sebaiknya
protein. Diet tinggi serat terbukti dapat memperbaiki control gula darah pada
penderita diabetic dengan menyebabkan penundaan absorpsi.
Selain
itu, dosis suplemen lispro atau insulin regular sering kali digunakan menangani
hiperglikemia yang terkait dengan penyakit. Penatalaksanaan penyakit harus
selalu meliputi perhatian yang cermat terhadap keseimbangan cairan.
Hiperglikemia turut menyebabkan dehidrasi, dan anak akan memerlukan cairan oral
tambahan ketika ia sakit.
6. ASUHAN
KEPERAWATAN
a. Pengkajian
§ Lakukan
pengkajian fisik
§ Dapatkan
riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang
menderita diabetes.
§ Dapatkan
riwayat kesehatan terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan,
frekuensi minum dan berkemih, penurunan tingkat kesadaran dan manifestasi lain
dari diabetes mellitus tergantung insulin.
§ Lakukan
atau bantu prosedur diagnostic dan pengujian misalnya : gula darah puasa, kadar
insulin serum, glukosa darah.
b. Diagnosa
keperawatan
1. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan defisiensi insulin
2. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan hipoglikemia.
3. Kurangnya
pengetahuan (penatalaksanaan diabetes) berhubungan dengan perawatan anak yang
menderita diabetes mellitus yang baru didiagnosis.
c. Perencanaan
1. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan defisiensi insulin.
Tujuan : pasien menunjukkan
kadar glukosa darah yang normal.
Intervensi :
ü Dapatkan
kadar glukosa darah.
Rasional :
untuk menentukan dosis insulin yang paling tepat.
ü Berikan
insulin sesuai ketentuan.
Rasional
:
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal.
ü Pahami
kerja insulin, perbedaan dalam komposisi, waktu awitan, dan durasi kerja untuk
berbagai preparat insulin.
Rasional :
Untuk menjamin pemberian insulin yang akurat.
ü Injeksi
subkutan dengan kedalaman yang sesuai dengan ketebalan jaringan subkutan dan
rotasi area injeksi.
Rasional :
Untuk meningkatkan absorbsi kadar glukosa.
2. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan hipoglikemia.
Tujuan : Pasien tidak
menunjukkan bukti-bukti hipoglikemia.
Intervensi :
ü Uji
glukosa darah, berikan 10-15 g karbohidrat yang siap diabsobrsi seperti jus
jeruk, atau susu.
Rasional : untuk
meningkatkan kadar glukosa darah dan menghilangkan gejala hipoglikemia.
ü Lanjutkan
dengan karbohidrat dan protein kompleks seperti roti yang dilapisi selei keju.
ü Berikan
glukagon pada anak yang tidak sadar.
Rasional : Untuk
meningkatkan kadar glukosa darah.
ü Berikan
posisi semifowler pada anak.
Rasional : Untuk
meminimalkan resiko aspirasi, karena dapat terjadi muntah.
3. Kurangnya
pengetahuan (Penatalaksanaan diabetes) berhubungan dengan perawatan anak yang
menderita diabetes mellitus yang baru didiagnosis.
Tujuan 1 : Pasien menerima
pengajaran yang diberikan.
Intervensi :
ü Pilih
metode perbendaharaan kata dan isi yang sesuai dengan tingkat pendidikan
peserta didik.
ü Libatkan
semua rasa dan terapkan suatu bentuk strategi pengajaran, terutama partisipasi.
Rasional : karena hal ini
biasanya merupakan metode yang paling efektif untuk pembelajaran.
Tujuan 2 : pasien (keluarga)
menunjukkan pemahaman tentang perencanaan diet.
Intervensi :
ü Tekankan
hubungan antara kebutuhan nutrisi normal dan penyakit.
Rasional : untuk mendorong
rasa kenormalan.
ü Bantu
anak dan keluarga memperkirakan berat makanan berdasarkan volume.
Rasional : karena hal ini
lebih praktis dari pada menimbang makanan.
ü Ajari
dan berikan penguatan tentang pemahaman konsep pertukaran makanan.
Rasional : Karena pertukaran
makanan menjamin konsistensi masukan total dari hari kehari, sambil memberikan
pilihan makanan.
Tujuan 3 : Psien (keluarga)
menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan insulin.
ü Ajari
anak dan keluarga tentang karakteristik insulin yang diberikan kepada anak.
Rasional : karena terdapat
berbagai preparat insulin.
ü Ajarkan
prosedur injeksi, tekankan peserta didik bahwa prosedur tersebut akan menjadi
bagian rutin dari kehidupan anak.
Rasional : Untuk menurunkan
ansietas anak.
ü Gunakan
teknik demonstrasi dan demonstrasi ulang sebelum menginjeksi anak.
Rasional : Karena hal ini
biasanya kurang menimbulkan stress.
ü Bantu
keluarga dan anak melakukan pola injeksi rotasi.
Rasional : penting untuk
absorbs maksimum dari insulin.
d. Evaluasi
1. Anak
menunjukkan kadar glukosa darah normal.
2. Anak
mencerna karbohidrat yang tepat.
3. Anak
tidak menunjukkan bukti-bukti hipoglikemia.
4. Anak
dan atau keluarga menunjukkan pemahaman tentang insulin, bentuk-bentuknya dan
kerja insulin.
5. Anak/
keluarga mendemonstrasikan teknik injeksi dengan benar.
6. Anak
/ keluarga mengembangkan rencana rotasi.
7. Anak
dan atau keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong L Donna, dkk, 2007, pedoman klinis keperawatan pediatric,
editor bahasa indonesia edisi 4, Jakarta EGC.
2. Wong L Donna, 2009, Buku ajar keperawatan pediatric wong,
penerbit buku kedokteran, Jakarta EGC.
3. William M Schwartz, 2007. pedoman klinis pediatric, Penerbit buku
kedokteran, Jakarta EGC.
4. Suriadi, rita yuliani, 2005. Buku pegangan pediatric klinik
Askep pada anak, penerbit CV. Sagung seta, Jakarta.
5. Cecily L, dkk, 2002, buku saku keperawatan pediatric, Jakarta:
EGC
6. Rudolph M, Abraham, dkk. 2007. Buku ajar pediatric Rudolph
volume 3, penerbit buku kedokteran. Jakarta. EGC.
7. Mary baredo dkk, 2009, seri asuhan keperawatan: klien gangguan
endokrin, penerbit buku kedokteran, Jakarta, EGC.
0 komentar:
Posting Komentar