Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

Mola hidatidosa



 
BAB 1
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Molahidatidosa adalah jonjot –jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung –gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari mola yang sifatnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar ke organ lain menjadi korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum. Karena mola hidatidosa ini begitu membahayakan kondisi ibu perlu pendeteksian secara dini sehingga klien yang menderita mola hidatidosa mendapatkan penanganan secara adekuat dantidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari kondisi yang sudah buruk, Mengingat bahaya mola hidatidosa yaitu kemungkinan menjadi ganas dan menyebabkan kematian maka kami sebagai penulis selain untuk memenuhi tugas perlu memberikan sedikit wawasan dan pengetahuan untuk pembaca mengenai seluk beluk mola hidatidosa.
2.    Rumusan Masalah
1.    Apayang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2.    Apa saja klasifikasi dari Mola Hidatidosa?
3.    Apa yang menyebabkan terjadinya Mola Hidatidosa?
4.    Bagaimana patofisiologinya?
5.    Apa saja manifestasi klinisnya?
6.    Apa saja yang harus dilakukan dalam pemeriksaan fisik pada pasien Mola Hidatidosa?
7.    Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosa Mola Hidatidosa?
8.    Penyakit apa saja yang merupakan komplikasi dari Mola Hidatidosa?
9.    Penyakit apa saja yang dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa?
10. Bagaimana penatalaksanaan terapinya?
11. Bagaimana asuahan keperawatan pada Mola Hidatidosa?

3.    Tujuan
1.    Mengetahui definisi Mola Hidatidosa.
2.    Mengetahui klasifikasi dari Mola Hidatidosa.
3.    Mengetahui etiologi dari Mola Hidatidosa.
4.    Mengetahui patofisiologi Mola Hidatidosa.
5.    Mengetahui manifestasi klinisnya.
6.    Mengetahui pemeriksaan fisik pada pasien dengan penyakit Mola Hidatidosa.
7.    Mengetahui berbagai jenis pemeriksaan penunjangnya.
8.    Mengetahui komplikasi dari Mola Hidatidosa.
9.    Mengetahui penyakit yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa.
10. Mengetahui penatalaksanaan terapinya.
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa.








BAB II
PEMBAHASAN
A.   ANATOMI FISIOLOGI
1.    Anatomi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164).
Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :
a). Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterine
b). Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks
c). Isthmus : terletak antara badan dan serviks
Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.
Ligamentum pada uterus : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 – 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.

2.    Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola hidatidosa”.
Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.
(Wiknjosastro,Hanifa,2002:339)







A.   DEFENISI
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

B.   INSIDEN
Insidensi teringgi mola hidatidosa ada di Asia tenggara, Indonesia, India dan Turki dengan rata-rata kejadian 2-12 insiden per 1000 kehamilan, di Amerika utara dan Eropa insidensinya lebih rendah yakni 0,5-1 per 1000 kehamilan. Insidensi terendah terdapat di Jepang, Korea dan Taiwan9. Laksmi Sintari dan kawan-kawan melakukan penelitian berdasarkan populasi di Malang dan menemukan angka untuk mola hidatidosa 2,47:1000 atau 1:405 persalinan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara barat, dimana insidensinya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan.

C.   KLASIFIKASI
Penyakit trofoblas Gestasional (GTD) berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblast plasenta atau calon plasenta yang bersifat neoplastik. Penyakit ini dibagi 2 menjadi :
1.    Penyakit trofoblas jinak
·         Mola hidatidosa klasik/komplet
Tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidrofik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi/kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30 %).
·         Mola hidatidosa parsial/inkomplet
Terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama.

2.    Penyakit trofoblas ganas
·         Koriokarsinoma vilosum
Tipe ini terdapat pembesaran abnormal dari plasenta dan villi chorionic yang oedematus yang dlingkupi oleh proliferasi abnormal dari trophoblas11.
·         Koriokarsinoma non vilosum
Merupkan bentuk utama dari choriocarcinoma, merupakan tumor haemoragic derivat dari intermediet trophoblas dan terjadi pada tempat implantasi dari plasenta.


D.   ETIOLOGI
          Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah:
1.     Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
2.     Imunoselektif dari tropoblast
3.     Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.     Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

E.   PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1.    Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2.    Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
1.    Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
2.    Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
3.    Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
F.    Manifestasi Klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :
1)    Amenore dan tanda-tanda kehamilan
2)    Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
3)    Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4)    Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)

G.   PEMERIKSAAN LAB
1)    Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
2)    Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
3)    Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)





H.   PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah
1.    Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
2.    Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas
kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
3.    Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4.    Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5.    Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi
      I.        ASUHAN KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
1.       Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kesulitan ambulasi
2.       Sirkulasi
a.    Takikardia,berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).
b.     Edema jaringan.
c.    Perdarahan pervaginam
d.    Sering ditemukan preeklampsi

3.      Eliminasi
a.    Ketidakmampuan defekasi dan flatus.
b.    Diare (kadang-kadang).
c.    Cegukan;distensi abdomen; aabdomen diam.
d.    Penurunan haluan urine, warna gelap.
e.    Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).

4.      Cairan
a.    Anoreksia, mual/muntah; haus.
b.    Muntah proyektil.
c.    Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.





5.      Kenyamanan / nyeri
a. Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.
6.      Pernafasan
a. Pernapasan dangkal, takipnea.
7.       Keamanan
a.    Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan, abses retroperitoneal.

8.      Pemeriksaan fisik
a.    Ditemukan perdarahan yang merupakan gejala mencolok dan dapat bervariasi mulai dari spotting sampai pada perdarahan yang
banyak.
b.    Ukuran uterus, lebih sering membesar lebih cepat sehingga kuran uterus lebih besar daripada usia kehamilan.
c.    Aktifitas janin.Meski uterus cukup membesar secara khas tidak ditemukan aktifitas jantung janin.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
b.    Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
c.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
d.    Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
e.    Gangguan Body image b/d tidakan histerektomi.
f.     Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis sekunder terhadap kemoterapi.
C.   INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a.    Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
b.    Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c.    Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah
merah.
d.    Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
e.    Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
f.     Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
g.    Berikan sejumlah cairan IV sesuaiindikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
h.    Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan
fisik.
DX 2. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan   sirkulasi
Tujuan :Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a.    Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk
b.    Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
c.    Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
d.    Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak sangat diperlukan
e.    Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional : Menilai kondisi umum klieN
DX 3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a.    Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi.
b.    Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c.    Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
DX 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit     meningkat
Intervensi :
a.    Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b.    Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit.
c.    Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran
diri klien.
d.    Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan.
e.    Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.


DX 5. Gangguan body image b/d tindakan histerektomy
a.    Kaji perasaan – perasaan dan persepsi klien tentang histerektomy dan alopesia serta akibat terhadap body image.
b.    Kaji persepsi klien tentang akibat histerektomy terhadap hubungannya dengan pasangannya / orang terdekat untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan.
c.    Bantu klien dalam mengekspresikan tentang perasaan – perasaan kehilangan. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan proses berkabung normal.
d.    Beri dorongan atas partisipasi pasien dalam pelayanan yang memberikan dukungan dan kelompok – kelompok dalam masyarakat.
e.    Hargai pemecahan masalah yang konstruktif untuk meningkatkan penampilan. Tujuannya untuk memberikan penekanan pada perilaku adaptif.
DX 6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis sekunder terhadap kemoterapi.
a.    Bersama klien menegakkan skala berat badan yang diharapkan.Rasional : keikutsertaan secara aktif dalam menentukan asupan, klien akan mempunyai perasaan kontrol terhadap hidup.
b.    Menegakkan diit yang ditentukan bekerjasama dengan ahli gizi.
c.    Mengharuskan diit tambahan (yang diambil 1-2 jam setelah makan).
d.    Membantu klien dalam mengidentifikasi acuan makanan, meliputi     makanan yang tinggi protein dan kompleks karbohidrat.
e.    Bantu anggota keluarga dalam merencanakan makanan yang tinggi kalori dan protein.
f.     Berikan dorongan pada keluarga untuk menghindari pemaksaan diit.
g.    Ajarkan kepentingan kebersihan oral.
h.    Jelaskan efek samping pemasangan sitostatika.




D.   IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan     
 
Implementasi
 
 

 
 
Mengukur jumlah  cairan yang keluar
 
 
Vol darah + 200 cc keluar, warna merah segar bergumpal

Menerangkan  bahaya pengeluaran cairan berlebihan
 
 
Menyatakan takut dengan perdarahan, dan menanyakan cara agar perdarahan berhenti.
 Melakukan  penghitungan intake dan output
 
Intake harian + 1200 cc, Output + 1400 cc.
 
Mengajarkan cara mengukur kebutuhan cairan sederhana
Menyatakan mengerti cara pengukuran cairan
 
Menganjurkan klien cukup banyak minum dan makan
Menyatakan akan berusaha banyak minum
Mengajarkan cara menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahan
 
 Menyatakan akan minum air tambahan 2 gelas tiap hari
 

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan intrauterine   
 
Implementasi
 
 

 
  Menilai derajad  nyeri
 
  Nyeri seperti ditekan pada bagian bawah perut
 
 Menerangkan penyebab nyeri
Klien diam, menyatakan mengerti
Menganjurkan  klien tidak banyak bergerak/aktivitas
  Klien mengangguk
 
  Menganjurkan klien untuk memberitahu perawat bila nyeri bertambah hebat
 
 Klien mengangguk, menyatakan akan memperhatikan kondisi tubuhnya
 

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
 
 
Implementasi
 
 

 
 
Menerangkan bahwa ibu saat ini sebenarnya tidak hamil.
 
Mengulang pernyataan bahwa dirinya tidak hamil.
 
Menerangkan agar ibu banyak istirahat.
 
 
Menyatakan ia  akan banyak istirahat
 
Menerangkan  perdarahan yang terjadi
 

 






E.   EVALUASI KEPERAWATAN
1.    Kebutuhan cairan terpenuhi
2. Dapat beraktivitas secara maksimal
3. Nyeri berkurang
4. Cemas berkurang
5. Dapat menerima kondisi (asepten)
6. Nutrisi terpenuhi












BAB III
PENUTUP
1.    KESIMPULAN
Mola hidatidosa adalah jonjot –jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung – gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari mola yang sifatnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar ke organ lain menjadi korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum.
Oleh karena itu pemeriksaan yang cermat amat diperlukan terutama pada ibu yang hamil tetapi disertai tanda – tanda mola yang menonjol yaitu perdarahan dari vagina yang terus menerus, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, tidak terdengar DJJ yang semestinya sudah bisa didengar pada kehamilan normal. Bila ada tanda – tanda yang menonjol seperti tersebut diatas segera lakukan pemeriksaan lebih seksama agar tidak sampai terlambat diagnosa dan penanganannya sehingga angka kejadian koriokarsinoma bisa dicegah sedini mungkin. 

2.    SARAN & KRITIK
Pada Saat kehamilan sebaiknya para Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara berkala untuk mendeteksi secara dini kelainan – kelainan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan yang salah satunya yaitu untuk mendeteksi hamil anggur (mola hidatidosa). Karena dampaknya jika tidak dideteksi secara dini dan tidak mendapat penanganan secara adekuat maka bisa menimbulkan komplikasi pada ibu.
Akhirnya tuntas sudah makalah ini di dalam membahas asuhan keperawatan pada klien dengan mola hidatidosa. Maksud hati ingin memberikan yang terbaik, namun keterbatasan kemampuanlah yang menyebabkan kualitas makalah ini masih jauh dari harapan. Sampainya makalah ini di tangan pembaca bukan maksud untuk dijadikan sebagai bahan referensi, namun tidak lebih sekedar upaya di dalam mengharapkan kritik dan saran, demi perbaikan selanjutnya. Untuk itu, penulis memohon maklum atas segala kekurangan, baik di dalam segi kuantitas maupun kualitas makalah. Kepada Allah jua segala sesuatu dikembalikan.













DAFTAR PUSTAKA
1.    Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2.    Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
3.    Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
4.    Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
5.    Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
6.    Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta





















0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor