BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Molahidatidosa
adalah jonjot –jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa
gelembung –gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata ikan.
Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari mola yang
sifatnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi, dapat
mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar ke organ
lain menjadi korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum. Karena mola
hidatidosa ini begitu membahayakan kondisi ibu perlu pendeteksian secara dini
sehingga klien yang menderita mola hidatidosa mendapatkan penanganan secara
adekuat dantidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari kondisi yang sudah
buruk, Mengingat bahaya mola hidatidosa yaitu kemungkinan menjadi ganas dan menyebabkan
kematian maka kami sebagai penulis selain untuk memenuhi tugas perlu memberikan
sedikit wawasan dan pengetahuan untuk pembaca mengenai seluk beluk mola
hidatidosa.
2. Rumusan Masalah
1. Apayang
dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2. Apa saja
klasifikasi dari Mola Hidatidosa?
3. Apa yang
menyebabkan terjadinya Mola Hidatidosa?
4. Bagaimana
patofisiologinya?
5. Apa saja
manifestasi klinisnya?
6. Apa saja yang
harus dilakukan dalam pemeriksaan fisik pada pasien Mola Hidatidosa?
7. Apa saja
pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosa Mola Hidatidosa?
8. Penyakit apa
saja yang merupakan komplikasi dari Mola Hidatidosa?
9. Penyakit apa
saja yang dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa?
10. Bagaimana
penatalaksanaan terapinya?
11. Bagaimana
asuahan keperawatan pada Mola Hidatidosa?
3. Tujuan
1. Mengetahui
definisi Mola Hidatidosa.
2. Mengetahui
klasifikasi dari Mola Hidatidosa.
3. Mengetahui
etiologi dari Mola Hidatidosa.
4. Mengetahui
patofisiologi Mola Hidatidosa.
5. Mengetahui
manifestasi klinisnya.
6. Mengetahui
pemeriksaan fisik pada pasien dengan penyakit Mola Hidatidosa.
7. Mengetahui
berbagai jenis pemeriksaan penunjangnya.
8. Mengetahui komplikasi
dari Mola Hidatidosa.
9. Mengetahui penyakit
yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa.
10. Mengetahui penatalaksanaan
terapinya.
11. Mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANATOMI FISIOLOGI
1.
Anatomi
Uterus adalah
organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul
kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput
lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi
sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada
bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan
bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk
oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba
uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia,
2003 : 164).
Uterus terbagi
atas 3 bagian yaitu :
a). Fundus :
bagian lambung di atas muara tuba uterine
b). Badan
uterus : melebar dari fundus ke serviks
c). Isthmus :
terletak antara badan dan serviks
Bagian bawah
serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan
rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan
rongga vagina melalui os eksterna.
Ligamentum pada
uterus : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis,
profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 – 12,5 cm, terdiri
atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi
peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya,
membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus
badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina,
selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum
latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus
melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba
uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah
dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.
2.
Fisiologi
Untuk menahan
ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari
overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal
terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama
40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih
kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang
sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali
perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit
trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi
keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa
degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang
disebut ”mola hidatidosa”.
Pada ummnya
penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya
yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.
(Wiknjosastro,Hanifa,2002:339)
A.
DEFENISI
Mola hidatidosa
adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa
adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa
adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami
perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa
adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi
tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)
Mola hidatidosa
adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai
proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus (
Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
Mola hidatidosa
adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang
menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)
B.
INSIDEN
Insidensi
teringgi mola hidatidosa ada di Asia tenggara, Indonesia, India dan Turki
dengan rata-rata kejadian 2-12 insiden per 1000 kehamilan, di Amerika utara dan
Eropa insidensinya lebih rendah yakni 0,5-1 per 1000 kehamilan. Insidensi
terendah terdapat di Jepang, Korea dan Taiwan9. Laksmi Sintari dan kawan-kawan
melakukan penelitian berdasarkan populasi di Malang dan menemukan angka untuk
mola hidatidosa 2,47:1000 atau 1:405 persalinan. Angka ini jauh lebih tinggi
dibandingkan negara-negara barat, dimana insidensinya berkisar 1:1000 sampai
1:2500 kehamilan.
C.
KLASIFIKASI
Penyakit trofoblas Gestasional (GTD) berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblast plasenta atau calon plasenta yang bersifat neoplastik.
Penyakit ini dibagi 2 menjadi :
1. Penyakit trofoblas jinak
·
Mola
hidatidosa klasik/komplet
Tidak terdapat janin atau bagian
tubuh janin. Ciri histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi
hidrofik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi/kapiler dalam stroma.
Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30 %).
·
Mola
hidatidosa parsial/inkomplet
Terdapat janin atau bagian tubuh
janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus.
Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan
terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat
kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama.
2. Penyakit trofoblas ganas
·
Koriokarsinoma
vilosum
Tipe ini terdapat pembesaran
abnormal dari plasenta dan villi chorionic yang oedematus yang dlingkupi oleh
proliferasi abnormal dari trophoblas11.
·
Koriokarsinoma
non vilosum
Merupkan bentuk utama dari
choriocarcinoma, merupakan tumor haemoragic derivat dari intermediet trophoblas
dan terjadi pada tempat implantasi dari plasenta.
D.
ETIOLOGI
Penyebab
mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi
virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 23)
E.
PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa dapat terbagi
menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial),
jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan
untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
1. Teori missed abortion.
Mudigah mati
pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel
trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig
Studi dari
Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan.(Silvia, Wilson, 2000 : 467)
F.
Manifestasi
Klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul
pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :
1) Amenore dan tanda-tanda kehamilan
2) Perdarahan pervaginam berulang.
Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung
mola.
3) Pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
4) Tidak terabanya bagian janin pada
palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)
G.
PEMERIKSAAN
LAB
1) Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola
terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
2) Uji Sonde : Sonde (penduga rahim)
dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila
tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
3) Foto rontgen abdomen : tidak
terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 buland.Ultrasonografi :
pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat
janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan
T4 bila ada gejala tirotoksikosis(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
H.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penanganan yang biasa dilakukan pada
mola hidatidosa adalah
1. Diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis
2. Pemeriksaan USG sangat membantu
diagnosis. Pada fasilitas
kesehatan
di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan
fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau
spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri.
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin
(Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa
Wiknjosastro atau Acosta Sisson
3. Lakukan pengosongan jaringan mola
dengan segera
4. Antisipasi komplikasi (krisis
tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga
minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa
penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :
Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan
dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah
tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani
komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau
invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara
klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy
apabila ingin menghentikan fertilisasi
I.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kesulitan ambulasi
2.
Sirkulasi
a. Takikardia,berkeringat,
pucat, hipotensi (tanda syok).
b. Edema jaringan.
c. Perdarahan pervaginam
d. Sering ditemukan preeklampsi
3. Eliminasi
a. Ketidakmampuan defekasi dan flatus.
b. Diare (kadang-kadang).
c. Cegukan;distensi
abdomen; aabdomen diam.
d. Penurunan
haluan urine, warna gelap.
e. Penurunan/tak
ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar
(obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang
suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).
4. Cairan
a. Anoreksia, mual/muntah; haus.
b. Muntah proyektil.
c. Membran mukosa
kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.
5. Kenyamanan /
nyeri
a. Nyeri
abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.
6.
Pernafasan
a. Pernapasan dangkal, takipnea.
7.
Keamanan
a. Riwayat
inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan, abses
retroperitoneal.
8. Pemeriksaan
fisik
a. Ditemukan
perdarahan yang merupakan gejala mencolok dan dapat bervariasi mulai dari
spotting sampai pada perdarahan yang
banyak.
banyak.
b. Ukuran uterus,
lebih sering membesar lebih cepat sehingga kuran uterus lebih besar daripada
usia kehamilan.
c. Aktifitas
janin.Meski uterus cukup membesar secara khas tidak ditemukan aktifitas jantung
janin.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi
terhadap devisit
volume cairan berhubungan
dengan perdarahan.
b. Gangguan Aktivitas
berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
c. Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
d. Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan.
e. Gangguan Body image b/d
tidakan histerektomi.
f. Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis sekunder
terhadap kemoterapi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1. Resiko tinggi terhadap
devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :Tidak
terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status
hemodinamika
Rasional :
Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran
harian
Rasional :
Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional :
Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah
merah.
merah.
d. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume
(perdarahan).
e. Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
f. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan
karena proliferasi sel darah merah.
g. Berikan sejumlah cairan
IV sesuaiindikasi
Rasional :
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
h. Evaluasi status
hemodinamika
Rasional :
Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan
fisik.
fisik.
DX 2. Gangguan Aktivitas
berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :Kllien
dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a.
Kaji
tingkat
kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional :
Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk
b.
Kaji
pengaruh
aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional :
Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
reproduksi
c.
Bantu
klien untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional :
Mengistiratkan klilen secara optimal
d.
Bantu
klien untuk
melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional :
Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak sangat
diperlukan
e.
Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional :
Menilai kondisi umum klieN
DX 3. Gangguan rasa nyaman:
Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :Klien
dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a.
Kaji
kondisi nyeri
yang dialami klien
Rasional :
Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi.
b.
Terangkan
nyeri yang
diderita klien dan penyebabnya
Rasional :
Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c.
Kolaborasi
pemberian
analgetika
Rasional :
Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
DX 4. Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan
Tujuan :Tidak
terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a.
Kaji
tingkat
pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
Rasional :
Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b.
Kaji
derajat
kecemasan yang dialami klien.
Rasional :
Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit.
objektif klien tentang penyakit.
c.
Bantu
klien
mengidentifikasi penyebab kecemasan.
Rasional :
Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran
diri klien.
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran
diri klien.
d.
Asistensi
klien
menentukan tujuan perawatan bersama.
Rasional :
Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan.
menurunkan kecemasan.
e.
Terangkan
hal-hal seputar
Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
Rasional :
Konseling bagi klien
sangat
diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system
keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DX 5. Gangguan body
image b/d tindakan
histerektomy
a.
Kaji perasaan – perasaan dan persepsi klien
tentang histerektomy dan alopesia serta akibat terhadap body image.
b.
Kaji persepsi klien tentang akibat histerektomy
terhadap hubungannya dengan pasangannya / orang terdekat untuk mengidentifikasi
adanya penyimpangan.
c.
Bantu klien dalam mengekspresikan tentang
perasaan – perasaan kehilangan. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan proses
berkabung normal.
d.
Beri dorongan atas partisipasi pasien dalam
pelayanan yang memberikan dukungan dan kelompok – kelompok dalam masyarakat.
e.
Hargai pemecahan masalah yang konstruktif
untuk meningkatkan penampilan. Tujuannya untuk memberikan penekanan pada perilaku
adaptif.
DX 6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis sekunder terhadap kemoterapi.
a.
Bersama klien menegakkan skala berat badan
yang diharapkan.Rasional : keikutsertaan secara aktif dalam menentukan asupan,
klien akan mempunyai
perasaan kontrol terhadap hidup.
b.
Menegakkan diit yang ditentukan bekerjasama dengan ahli
gizi.
c.
Mengharuskan diit tambahan (yang diambil 1-2 jam
setelah makan).
d.
Membantu klien dalam mengidentifikasi
acuan makanan, meliputi makanan yang tinggi protein dan kompleks
karbohidrat.
e.
Bantu anggota keluarga dalam merencanakan
makanan yang tinggi kalori dan protein.
f.
Berikan dorongan pada keluarga untuk
menghindari pemaksaan diit.
g.
Ajarkan kepentingan kebersihan oral.
h.
Jelaskan efek samping pemasangan sitostatika.
D.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
1.
Devisit Volume Cairan
berhubungan dengan Perdarahan
Implementasi
|
|
Mengukur jumlah cairan yang
keluar
|
Vol darah + 200 cc
keluar, warna merah segar bergumpal
|
Menerangkan bahaya pengeluaran
cairan berlebihan
|
Menyatakan takut dengan perdarahan,
dan menanyakan cara agar perdarahan berhenti.
|
Melakukan penghitungan
intake dan output
|
Intake harian + 1200 cc,
Output + 1400 cc.
|
Mengajarkan cara mengukur kebutuhan
cairan sederhana
|
Menyatakan mengerti cara
pengukuran cairan
|
Menganjurkan klien cukup
banyak minum dan makan
|
Menyatakan akan berusaha banyak minum
|
Mengajarkan cara
menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahan
|
Menyatakan
akan minum air
tambahan 2 gelas tiap hari
|
2.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
berhubungan dengan Kerusakan jaringgan intrauterine
Implementasi
|
|
Menilai derajad nyeri
|
Nyeri seperti
ditekan pada bagian bawah perut
|
Menerangkan penyebab
nyeri
|
Klien diam, menyatakan
mengerti
|
Menganjurkan klien tidak banyak
bergerak/aktivitas
|
Klien mengangguk
|
Menganjurkan klien untuk
memberitahu perawat bila nyeri bertambah hebat
|
Klien mengangguk, menyatakan
akan memperhatikan kondisi tubuhnya
|
3.
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan
Implementasi
|
|
Menerangkan bahwa ibu saat ini
sebenarnya tidak hamil.
|
Mengulang pernyataan
bahwa dirinya tidak hamil.
|
Menerangkan agar ibu
banyak istirahat.
|
Menyatakan ia akan banyak
istirahat
|
Menerangkan perdarahan yang
terjadi
|
|
E.
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Kebutuhan cairan
terpenuhi
2. Dapat beraktivitas
secara maksimal
3. Nyeri berkurang
4. Cemas berkurang
5. Dapat menerima kondisi
(asepten)
6. Nutrisi terpenuhi
BAB
III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Mola hidatidosa
adalah jonjot –jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung –
gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur
atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata ikan. Kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari mola yang sifatnya
jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi, dapat mengadakan invasi
yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar ke organ lain menjadi
korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum.
Oleh karena itu
pemeriksaan yang cermat amat diperlukan terutama pada ibu yang hamil tetapi
disertai tanda – tanda mola yang menonjol yaitu perdarahan dari vagina yang
terus menerus, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, tidak
terdengar DJJ yang semestinya sudah bisa didengar pada kehamilan normal. Bila
ada tanda – tanda yang menonjol seperti tersebut diatas segera lakukan pemeriksaan
lebih seksama agar tidak sampai terlambat diagnosa dan penanganannya sehingga
angka kejadian koriokarsinoma bisa dicegah sedini mungkin.
2. SARAN & KRITIK
Pada Saat
kehamilan sebaiknya para Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara berkala
untuk mendeteksi secara dini kelainan – kelainan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan yang salah satunya yaitu untuk mendeteksi hamil anggur (mola
hidatidosa). Karena dampaknya jika tidak dideteksi secara dini dan tidak
mendapat penanganan secara adekuat maka bisa menimbulkan komplikasi pada ibu.
Akhirnya tuntas
sudah makalah ini di dalam membahas asuhan keperawatan pada klien dengan mola
hidatidosa. Maksud hati ingin memberikan yang terbaik, namun keterbatasan
kemampuanlah yang menyebabkan kualitas makalah ini masih jauh dari harapan.
Sampainya makalah ini di tangan pembaca bukan maksud untuk dijadikan sebagai
bahan referensi, namun tidak lebih sekedar upaya di dalam mengharapkan kritik
dan saran, demi perbaikan selanjutnya. Untuk itu, penulis memohon maklum atas
segala kekurangan, baik di dalam segi kuantitas maupun kualitas makalah. Kepada Allah jua segala sesuatu
dikembalikan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku
Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar
Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
3. Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI
Patologi Anatomik, Jakarta
4. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis
Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
5. Johnson & Taylor, 2005. Buku
Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
6. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar