BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
stenosis hipertrofik pylorus terjadi ketika otot sirkuler
pylorus menebal sehinggaga terjadi penyempitan pylorus dan obstruksi saluran
keluar lambung. Biasanya keadaan ini terjadi dalam usia beberapa minggu pertama
dan mengakibatkan muntah proyektil , dehidrasi, alkalosis metabolic serta
kegagalan tumbuh kembang.
Stenosis hipertrofi pylorus lebih sering dijumpai pada
anak pertama, dan bayi laki-laki sering terkena dengan frekuensi lima kali
lebih sering dari pada bayi perempuan
Kelainan stenosis ini lebih sering terdapat pada bayi
aterm dibandingkan pada bayi premature, dan lebih jarang ditemukan pada bayi
asia serta Afro-Amerika ketimbang pada bayi-bayi kaukasia (penduduk kulit
putih).
Etiologinya yang tepat tidak diketahui. Terdapat
predisposisi genetic, dan saudara kandung serta anak-anak dari orang yang
terkena stenosis hipertrofik pylorus memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami keadaan ini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Dapat
menyebutkan pengertian dari stenosis hipertrofi pylorus
2. Dapat
menjelaskan penyebab dari stenosis hipertrofi pylorus
3. Dapat
menjelaskan patofisiologi dari stenosis hipertrofi pylorus
4. Dapat
mengetahui manifestasi klinik dari stenosis hipertrofi pylorus
5. Dapat
mengetahui komplikasi dari stenosis hipertrofi pylorus
6. Dapat
menyebutkan pemeriksaan diagnostic dan laboratorium dari stenosis hipertrofi
pylorus
7. Dapat
menjelaskan penatalaksanaan dari stenosis hipertrofi pylorus
8.
Dapat menjelaskan konsep keperawatan dari
stenosis hipertrofi pylorus
BAB II
PEMBAHASAN
STENOSIS PILORUS HIPERTRONIK
A.
Konsep
Medis
1. Pengertian
Stenosis pylorus adalah penyempitan sfingter pylorus pada
saluran keluar dari lambung
2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui ; tetapi faktor
hereditas dapat berperang penting
3. Patofisiologi
Stenosis pilorik hipertrofik
adalah salah satu kondisi penyebab malnutrisi pada anak yang lebih sering
ditemui. Hipertrofi dan Hiperplasia otot sirkuler pylorus menyebabkan obstruksi
pada sfingter pilorik. Otot sirkuler menebal sampai dua kali tebal normalnya,
dan pylorus memanjang, menyebabkan lumen sangat menyempit. Selain itu, lambung
akan melebar dan terjadi hipertrofi antrum. Penyebabnya tidak ketahui, meskipun
ada dugaan terlibatnya persarafan setempat. Stenosis ini mungkin berhubungan
dengan malrotasi intestinal, atresia esophagus atau duodenum, dan
anomalianorektal. Selain itu, terdapat pula disposisi genetic.
4. Manifestasi
klinik
1. Muntah
proyektil
2. Makan
dengan lahap, meminta makan setelah muntah.
3. Tidak
muntah setiap kali setelah makan, setelah muntah makanan masih tersisa sampai
saat makan berikutnya.
4. Muntah
non-empedu, mungkin sedikit berdarah.
5. Tanda-tanda
dehidrasi (air mata berkurang, turgor kulit buruk, lingkaran gelap di bawah
mata, fontanel cekung).
6. Berat
bdan tidak naik
7. Hilangnya
bantalan lemak
8. Perilaku
nyeri-punggung melengkung, meregang, menjerit.
9. Gelombang
peristaltic lambung dari kiri ke kanan dapat terlihat.
10. Tumor
pilorik sebesar buah zaitun dapat terpalpasi di saat makan.
5. Komplikasi
a. Ikterus
(8% kasus) disebabkan oleh defisiensi transferase glukuronida hepatic.
b. Alkalosis
metabolic (akut)
c. Dehidrasi
berat (akut)
d. Obstruksi
pilorik persisten
e. Refluks
Gastroesofagus
6. Pemeriksaan
Diagnostik dan Laboratorium
a. Ultrasonografi
dan pemeriksaan GI bagian atas dapat menyatakan pengosongan lambung yang
lambat, pylorus yang tipis dan memanjang, atau massa pylorus
b. Arteri
Gas darah (AGD) akan menyatakan peningkatan Ph serum dan kadar bikarbonat yang
mengindikasikan alkalosis metabolic
c. Pemeriksaan
elektrolit akan menyatakan penurunan kadar klorida, natrium, dan kalium serum
jika terjadi deplesi elektrolit
d. HDL
akan menyatakan peningkatan nilai hematokrit dan hemoglobin yang menunjukkan
hemokosentrasi
7. Penatalaksanaan
Medis dan Bedah
1. Bayi
atau anak dimasukkan ke rumah sakit dan diberi cairan intravena (IV) untuk
mengatasi alkalosis metaboliknya (akibat kehilangan klorida pada saat muntah
dan kompensasi ginjal).
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dikoreksi sebelum piloromiotomi (insisi sampai ke mukosa sepanjang pylorus),
yaitu tindakan bedah standar bagi penyakit ini.
a. Bagian
otot yang menebal b. operasi
memotong otot
Hamper menutupi saluran
tersebut secara longitudinal
Pylorus hingga
mengenai submukosa
3. Pemberian
makan biasanya dimulai dalam 4 hingga 6 jam pascabedah; pemberian makan ini
dimulai dengan pemberian cairan glukosa atau elektrolit dalam porsi kecil
tetapi sering.
B.
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1. Dapatkan
riwayat kesehatan, khususnya mengenai perilaku makan dan pola muntah.
2. Obserfasi
adanya manifestasi stenosis pilorik hipertrofi :
a. Muntah
proyektil, biasanya terjadi segera setelah makan tetapi dapat tidak terjadi
selama beberapa jam, dapat terjadi setelah makan atau muncul secara intermiten
b. Muntah
non-empedu, mungkin bercak darah
3. Bayi
lapar,ingin sekali menyusui ; sangat menginginkan pemberian makan kedua setelah
episode muntah.
4. Kaji
adanya tanda dan gejala dehidrasi
5. Kaji
respons anak terhadap nyeri
6. Penurunan
berat badan
7. Distensi
abdomen atas
8. Teraba
tumor berbentuk zaitun di epigastrium, tepat disebelah kanan umbilicus
9. Gelombang
peristaltic lambung dapat dilihat, bergerak dari kiri kekanan melewati
epigastrium
2. Diagnose
keperawatan
1. Kurang
volume cairan berhubungan dengan muntah yang menetap
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang menetap
3. Nyeri
4. Kurang
pengetahuan
3. Intervensi
keperawatan
No.
DX
|
Intervensi
|
Tujuan
|
|
1
|
1.
Pertahankan cairan intravena sesuai
ketentuan
2.
Pantau data laboratorium
3.
Pantau masukan, keluaran dan berat
jenis urine
4.
Pantau tanda-tanda vital dan berat
badan harian
5.
Kaji turgor kulit dan membrane mukosa
|
1. Untuk
meningkatkan hidrasi dan mencagah dehidrasi
2. Untuk
menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3.
Untuk menentukan status hidrasi
4.
Untuk mengkaji hidrasi
5. Sebagai
indicator hidrasi yang adekuat
|
|
2
|
1. Mulai
dengan pemberian makan sedikit tetapi sering
2. Observasi
dan catat respon bayi terhadap pemberian makan
3. Lakukan
kembali menyusui atau dorong keluarga
|
1. Untuk
mencegah muntah
2. Menentukan
jumlah dan frekuensi pemberian makan selanjutnya
3. Untuk
menyiapkan pemulangan dan pemberian nutrisi yang berkelanjutan
|
|
3.
|
1. Pantau adanya tanda-tanda nyeri ; menangis,
peregangan, punggungnya yang melengkung
2.
Kaji reaksi terapeutik dan reaksi yang tidak diinginkan anak terhadap
pengobatan
|
untuk mengurangi sesuai
indikasi
|
|
4
|
siapkan
orang tua pada masa prabedah
|
Untuk
pembedahan anak yang akan datang
|
|
4. Evaluasi
a. Dx
1.
1. Bayi
mendapatkan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.
2. Bayi
menunjukkan tanda-tanda hidrasi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda
vital dan turgor kulit yang normal, membrane mukosa lembab, dan keluaran urin
yang adekuat.
b. Dx
2.
1. Bayi
mengkonsumsi dan mempertahankan jumlah nutrisi yang cukup.
2. Berat
badan anak bertambah drngan baik
c. Dx
3.
Orang tua menunjukkan pemahamannya tentang
kondisi bayi atau anak, kemungkinan komplikasi, dan perawatan dirumah
DAFTAR
PUSTAKA
Cecily Lynn Beiz,dkk. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, ed 5 Jakarta:
EGC
Muscari ME. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, ed 3. Jakarta: EGC
Wong DL. 2007. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed 4. Jakarta: EGC
Wong DL,dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, ed 6. Jakarta: EGC
The 5 best casinos in Vegas that work on casino
BalasHapusThe 5 best casinos in Vegas that work on casino 서산 출장샵 · 5. Casimba Casino, near me, has a good 의정부 출장샵 selection of slots and 충주 출장마사지 table games. · 제주도 출장마사지 Best 안동 출장샵 Blackjack,