BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Poliomyelitis atau yang lebih dikenal dengan Polio
merupakan penyakit yang sangat menular diakibatkan oleh virus polio. Penyakit
ini menyerang sistem syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian
dalam hitungan beberapa jam. Virus polio yang secara ilmiah dikenal sebagai
virus polio liar atau Wild Polio Virus/WPV memasuki tubuh manusia
melalui mulut dengan perantaraan makanan yang telah terkontaminasi tinja dari
orang yang sudah terjangkit polio.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis
atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf
pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
B. Etiologi
Poliomielitis disebabkan oleh virus polio yang
merupakan suatu enterovirus. Besarnya 8 – 12 mmu (millimikron). Virus ini tidak
tahan panas tetapi dapat hidup terus dalam suasana dingin. Virus polio dibagi
lagi dalam 3 tipe, yaitu:
1. Tipe I Brunhilde
Tipe
paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar
biasa (wabah).
2. Tipe II Lansing
Tipe
paling jinak.
3. Tipe III Leon
-
Klasifikasi virus:
-
Golongan: Golongan IV
((+)ssRNA)
-
Familia: Picornaviridae
-
Genus: Enterovirus
-
Spesies: Poliovirus
C.
Patofisiologi
Poliovirus merupakan
RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari
air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari.
Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan
berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian
menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan
tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada
otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.
Jalan
masuk atau Port d'entre dari poliovirus adalh melalui saluran cerna. Dalam masa
inkubasi (6-20 hari)poliovirus berkembang biak didalam jaringan mucosa,
jaringan pertahanan tubuh (tonsil dan patch peyer)dan usus. Kemudian terjadi
episode viremia ( adanya virus dalam aliran darah) yang terjadi sekitar 6-9
hari setelah infeksi. Pada saat itu terjadi
gejala-gejala seperti :
-
Demam
-
Malaise atau rasa malas karena kurang enak badan
-
Suara serak -Sakit
kepala
-
Muntah
Virus
hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron
yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
a. Medula spinalis terutama kornu anterior
b. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti
saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital
c. Sereblum terutama inti-inti virmis
d. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia
nigra dan kadang-kadang nucleus rubra
e. Talamus dan hipotalamus
f. Palidum
g. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
D. Manifestasi Klinis
Poliomielitis
terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis :
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh
cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif :
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa
infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik
: Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala,
nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2
dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin
disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik :
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul
paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Ø
Adapun bentuk-bentuk
gejalanya antara lain :
-
Bentuk spinal. Gejala
kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma,
thorak dan terbanyak ekstremitas.
-
Bentuk bulbar.
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat
vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
-
Bentuk bulbospinal.
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
-
Bentuk ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium,
kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
-
Bentuk cereberal. Ditandai adanya ataksia dengan atau
tanpa kelumpuhan. Kelumpuhan otot akan berkurang sampai beberapa bulan dalam
masa konvalensi setelah 6 bulan sampai beberapa tahun. Otot-otot yang lumpuh
tidak dapat sembuh lagi. Ketidakseimbangan otot-otot antagonis menyebabkan
deformitas.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis
aboratif
·
Diberikan analgetik dan sedative
·
Diet adekuat
·
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa
hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis
non paralitik
·
Sama seperti aborif
·
Selain diberi
analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 –
30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis
paralitik
·
Perawatan dirumah sakit
·
Istirahat total
·
Selama fase akut
kebersihan mulut dijaga
·
Fisioterafi
·
Akupuntur
·
Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas
dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan
istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena
setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Ø Fase akut :
Analgetik
untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard
(papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala
anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Ø Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan
fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
F. Cara penularannya dapat melalui :
1. Inhalasi
2. Makanan dan minuman
3. Bermacam
serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan
melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese
beberapa minggu.
G. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui
melalui :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. angan melakukan tindakan endemis
H. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
I. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan Lab :
a. Pemeriksaan darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus volio
J. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat
pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
K.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas
dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang
menyerang syaraf.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d
paralysis.
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d
kondisi penyakit.
L.
Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
o
Intervensi:
a. Kaji pola makan anak.
b. Berikan makanan secara adekuat.
c. Berikan nutrisi kalori, protein,
vitamin dan mineral.
d. Timbang berat badan.
e. Berikan makanan kesukaan anak.
f. Berikan makanan tapi sering.
o
Rasional:
a. Mengetahui intake dan output anak.
b. Untuk mencakupi masukan sehingga
output dan intake seimbang.
c.
Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan
seimbang.
d. Mengetahui perkembangan anak.
e.
Menambah masukan dan merangsang anak
untuk makan lebih banyak.
f. Mempermudah proses pencernaan.
2.
Hipertermi
b/d proses infeksi.
o
Intervensi:
a. Pantau suhu tubuh.
b.
Jangan pernah menggunakan usapan
alcohol saat mandi/kompres.
c. Hindari mengigil.
d.
Kompres mandi hangat durasi 20-30
menit.
o
Rasional:
a. Untuk mencegah kedinginan tubuh yang
berlebih.
b. Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
c. Mengurangi penguapan tubuh.
d. Dapat membantu mengurangi demam.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas
dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
o
Intervensi:
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan
kedalaman.
b. Auskultasi bunyi nafas.
c. Tinggikan kepala tempat tidur,
letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
d. Berikan tambahan oksigen.
o
Rasional:
a.
Pengenalan dini dan pengobatan
ventilasi dapat mencegah komplikasi.
b. Mengetahui adanya bunyi tambahan.
c.
Merangsang fungsi pernafasan atau
ekspansi paru.
d. Meningkatkan pengiriman oksigen ke
paru.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang
menyerang syaraf.
o
Intervensi:
a. Lakukan strategi non farmakologis
untuk membantu anak mengatasi nyeri.
b.
Libatkan orang tua dalam memilih
strategi.
c.
Ajarkan anak untuk menggunakan
strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
d.
Minta orang tua membantu anak dengan
menggunakan srtategi selama nyeri.
e. Berikan analgesic sesuai indikasi.
o
Rasional:
a. Teknik-teknik seperti relaksasi,
pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di
toleransi.
b.
Karena orang tua adalah yang lebih
mengetahui anak.
c. Pendekatan ini tampak paling efektif
pada nyeri ringan.
d. Latihan ini mungkin diperlukan untuk
membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan.
e. Mengurangi nyeri.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d
paralysis.
o
Intervensi:
a.
Tentukan aktivitas atau keadaan
fisik anak.
b.
Catat
dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
c.
Indetifikasi
factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan
yang tidak adekuat
d.
Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi
secara aman.
o
Rasional:
a. Memberikan informasi untuk
mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
b. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan
keadaan anak.
c. Memberikan kesempatan untuk
memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
d. Latihan berjalan dapat meningkatkan
keamanan dan efektifan anak untuk berjalan
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d
kondisi penyakit.
o
Intervensi:
a. Kaji tingkat realita bahaya bagi
anak dan keluarga tingkat ansietas (mis.renda, sedang, parah).
b. Nyatakan retalita dan situasi
seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
c. Sediakan informasi yang akurat
sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
d. Hindari harapan-harapan kosong mis ;
pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
o
Rasional:
a. Respon keluarga bervariasi
tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
b. Pasien mungkin perlu menolak realita
sampai siap menghadapinya.
c. Informasi yang menimbulkan ansietas
dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang
diperpanjang.
d. Harapan–harapan palsu akan
diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah 2005 Perawatan Anak Sakit Monica Ester
Edisi 2 Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar