Terupdate

Minggu, 27 Desember 2015

Poliomyelitis




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Poliomyelitis atau yang lebih dikenal dengan Polio merupakan penyakit yang sangat menular diakibatkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam. Virus polio yang secara ilmiah dikenal sebagai virus polio liar atau Wild Polio Virus/WPV memasuki tubuh manusia melalui mulut dengan perantaraan makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjangkit polio.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

B.     Etiologi
Poliomielitis disebabkan oleh virus polio yang merupakan suatu enterovirus. Besarnya 8 – 12 mmu (millimikron). Virus ini tidak tahan panas tetapi dapat hidup terus dalam suasana dingin. Virus polio dibagi lagi dalam 3 tipe, yaitu:
1.      Tipe I Brunhilde
Tipe paling paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah).
2.      Tipe II Lansing
Tipe paling jinak.
3.      Tipe III Leon
-          Klasifikasi virus:
-          Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
-          Familia: Picornaviridae
-          Genus: Enterovirus
-          Spesies: Poliovirus
C.    Patofisiologi
Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.
Jalan masuk atau Port d'entre dari poliovirus adalh melalui saluran cerna. Dalam masa inkubasi (6-20 hari)poliovirus berkembang biak didalam jaringan mucosa, jaringan pertahanan tubuh (tonsil dan patch peyer)dan usus. Kemudian terjadi episode viremia ( adanya virus dalam aliran darah) yang terjadi sekitar 6-9 hari setelah infeksi. Pada saat itu terjadi gejala-gejala seperti :
-          Demam
-          Malaise atau rasa malas karena kurang enak badan
-          Suara serak -Sakit kepala
-          Muntah
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
a.       Medula spinalis terutama kornu anterior
b.      Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital
c.       Sereblum terutama inti-inti virmis
d.      Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra
e.       Talamus dan hipotalamus
f.       Palidum
g.      Korteks serebri, hanya daerah motorik.
D.    Manifestasi Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.

Ø  Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
-          Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
-          Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
-          Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
-          Bentuk ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
-          Bentuk cereberal. Ditandai adanya ataksia dengan atau tanpa kelumpuhan. Kelumpuhan otot akan berkurang sampai beberapa bulan dalam masa konvalensi setelah 6 bulan sampai beberapa tahun. Otot-otot yang lumpuh tidak dapat sembuh lagi. Ketidakseimbangan otot-otot antagonis menyebabkan deformitas.

E.     Penatalaksanaan Medis
1.      Poliomielitis aboratif
·         Diberikan analgetik dan sedative
·         Diet adekuat
·         Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2.      Poliomielitis non paralitik
·         Sama seperti aborif
·         Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3.      Poliomielitis paralitik
·         Perawatan dirumah sakit
·         Istirahat total
·         Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
·         Fisioterafi
·         Akupuntur
·         Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.



Ø  Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Ø  Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

F.     Cara penularannya dapat melalui :
1. Inhalasi
2. Makanan dan minuman
3. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese
beberapa minggu.

G.    Pencegahan
     Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1.      Imunisasi
2.      Jangan masuk daerah endemis
3.      angan melakukan tindakan endemis
H.    Komplikasi
1.      Hiperkalsuria
2.      Melena     
3.      Pelebaran lambung akut
4.      Hipertensi ringan
5.      Pneumonia
6.      Ulkus dekubitus dan emboli paru
7.      Psikosis
I.       Pemeriksaan Diagnostik
     Pemeriksaan Lab :
a.       Pemeriksaan darah
b.      Cairan serebrospinal
c.       Isolasi virus volio

J.      Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Nyeri kepala
b.      Paralisis
c.       Refleks tendon berkurang
d.      Kaku kuduk
e.       Brudzinky

K.    Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
2.      Hipertermi b/d proses infeksi.
3.      Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
4.      Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
5.      Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.   
6.      Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.




L.     Intervensi
1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
o   Intervensi:
a.       Kaji pola makan anak.
b.      Berikan makanan secara adekuat.
c.       Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
d.      Timbang berat badan.        
e.       Berikan makanan kesukaan anak.
f.       Berikan makanan tapi sering.        

o   Rasional:
a.       Mengetahui intake dan output anak.
b.      Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
c.       Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d.      Mengetahui perkembangan anak.
e.       Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
f.       Mempermudah proses pencernaan.

2.      Hipertermi b/d proses infeksi.
o   Intervensi:
a.       Pantau suhu tubuh.
b.      Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
c.       Hindari mengigil.
d.      Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.

o   Rasional:
a.       Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.
b.       Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
c.       Mengurangi penguapan tubuh.
d.      Dapat membantu mengurangi demam.

3.      Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
o   Intervensi:
a.       Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
b.      Auskultasi bunyi nafas.
c.       Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
d.      Berikan tambahan oksigen.

o   Rasional:        
a.       Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
b.       Mengetahui adanya bunyi tambahan.
c.       Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
d.      Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.

4.      Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
o   Intervensi:
a.       Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
b.      Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
c.       Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
d.      Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri.
e.       Berikan analgesic sesuai indikasi.

o   Rasional:
a.       Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
b.      Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
c.       Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
d.      Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan.
e.       Mengurangi nyeri.
5.      Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
o   Intervensi:
a.       Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
b.      Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
c.       Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat
d.       Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.

o   Rasional:
a.       Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
b.      Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
c.       Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
d.      Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan

6.      Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
o   Intervensi:      
a.       Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas (mis.renda, sedang, parah).
b.      Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
c.       Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
d.      Hindari harapan-harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.



o   Rasional:
a.       Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
b.      Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
c.       Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
d.      Harapan–harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.














DAFTAR PUSTAKA
http://www. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Poliomyelitis.com.Widiarti (5 Mei 2010).
Ngastiyah  2005  Perawatan Anak Sakit  Monica Ester  Edisi 2  Jakarta : EGC



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor