KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allh SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga makalah kami yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL KANKER TULANG” dapat selesai
tepat pada waktunya.
Makalah
ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang telah kami peroleh dari buku
ataupun sumber-sumber yang lain yang telah kami baca dan pelajari.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Makassar, Mei 2008
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan
terdapat 2000 kasus baru kanker tulang pada tahun 1994. Penderita pria akan
berjumlah sebesar 1100 kasus dari kasus tersebut dan penderita wanita lebih
sedikit dengan perkiraan sebanyak 900 kasus. Perkiraan angka kematiannya
mencapai 1075 kasus. Penyakit ini menunjukkan pola bimodal dengan puncak
kejadian antara usia 15 sampai 19 tahun dan setelah 65 tahun.
Ada
sekitar 5000 kasus baru didiagnosis setiap tahunnya terdiagnosis di Amerika
serikat dan kira-kira 3000 orang meninggal setiap tahunnya.
Radiasi dosis tinggi, adanya
kecenderungan keluarga pada kanker tulang dan beberapa kondisi tulang yang ada
sebelumnya seperti penyakit Paget yang tampaknya mencetuskan individu pada
kanker tulang.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Terdapat 2
macam kanker tulang, yaitu:
1.
Kanker tulang metastatik atau kanker tulang
sekunder: kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan
berasal dari tulang. Contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, di
mana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2.
Kanker tulang primer: merupakan kanker yang berasal
dari tulang.
Yang
termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
a.
Mieloma multiple
Mieloma multiple merupakan kanker
tulang primer yang paling sering ditemukan, yang berasal dari sel sum-sum
tulang yang menghasilkan sel darah. Umumnya terjadi pada orang dewasa. Tumor
ini dapat mengenai satu atau lebih tulang, sehingga nyeri dapat muncul pada
satu tempat atau lebih. Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi
penyinaran dan pembedahan.
b.
Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan tumor tulang
ganas, yang umumnya mengenai usia antara 10 sampai 25 tahun (pada tulang yang
sedang tumbuh cepat). Osteosarkoma paling sering ditemukan pada anak-anak.
Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada
akhir masa remaja tumor ini paling sering ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi bukti-bukti mendukung bahwa osteosarkoma
merupakan penyakit yang diturunkan.
Gejala yang sering ditemukan adalah
nyeri dan pembengkakan pada ekstremitas yang terkena, keterbatasan gerak dan
peningkatan suhu kulit di atas massa dan ketegangan vena. Tanda awal dari
penyakit ini bisa merupakan patah tulang, karena tumor bisa menyebabkan tulang
menjadi lemah.
Tulang yang paling sering terkena
adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan,
yaitu:
·
Rontgen tulang yang terkena
·
CT-Scan tulang yang terkena
·
Pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
·
CT-Scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke
paru-paru
·
Biposi terbuka
·
Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor
c.
Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna
Merupakan 4% dari seluruh kasus
keganasan tulang dan sering terjadi pada dewasa muda dan remaja. Kanker ini
biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang: ligamen,
tendo, lemak, otot). Tempat paling sering terkena adalah femur dan tibia dengan
gejala yang paling sering adalah nyeri dan pembengkakan.
d.
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma adalah tumor yang
terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas.
Kondrosarkoma biasanya merupakan
tumor yang pertumbuhannya lambat, tetapi dapat melakukan metastasis ke
organ-organ yang jauh. Tempat yang paling sering terkena adalah pelvis, femur,
humerus, vertebra, skapula dan tibia.
Kondrosarkoma harus diangkat
seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi pada kemoterapi maupun
terapi penyinaran.
e.
Tumor Ewing
Tumor Ewing terjadi pada 6% dari
tumor ganas tulang. Tumor Ewing sering terjadi pada anak yang berusia antara 10
sampai 15 tahun dan jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 10 tahun.
Tumor bisa tumbuh di bagian tubuh
manapun, tetapi tempat yang paling sering terkena adalah tulang-tulang pelvis
dan ekstremitas bawah. Tumor mudah bermetastase dan mengenai paru-paru.
Gejala yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri dan pembengkakan pada bagian yang terkena, penderita
juga mungkin mengalami demam ringan.
f.
Limfoma tulang maligna
Limfoma tulang maligna biasanya
timbul pada usia 40 sampai 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau
berasal dari tempat lain di tubuh kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor
ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah
patah. Pengobatannya yaitu terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
B. ETIOLOGI
Sangat
sedikit faktor resiko yang tampaknya berhubungan dengan kanker tulang. Radiasi
dosis tinggi telah dikaitkan dengan perkembangan kanker tulang. Ada beberapa
bukti adanya kecenderungan keluarga pada kanker tulang ini, selain itu beberapa
kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit Paget yang tampak
mencetuskan individu pada kanker tulang.
C. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri yang
mungkin timbul berbulan-bulan dan digambarkan sebagai nyeri tumpul, dalam dan
perasaan seperti dilakukan pemboran pada tulang. Akan tetapi, awitan nyeri
tajam dan kasar mungkin akan dirasakan jika timbul fraktur tulang patologis.
Tanda dan gejala lainnya meliputi terang atau pembengkakan pada atau di atas tulang
atau persendian.
D. EVALUASI DIAGNOSTIK
·
Sinar-x menunjukkan peningkatan atau penurunan
densitas tulang, menunjukkan aktivitas tumor.
·
Pemindaian tulang untuk mendeteksi luasnya
malignansi dan membantu terapi yang menyertainya.
·
CT-Scan dan MRI menunjukkan keterlibatan jaringan
lunak dan lokasi tumor.
·
Serum fosfatase alkali biasanya meningkat (pada
osteosarkoma).
·
Biopsi tulang mungkin perlu untuk memastikan
diagnosis.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan
penatalaksanaan secara umum meliputi pembuangan tumor, penghindaran amputasi
kalau memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh
atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan terdiri dari pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, bioterapi atau terapi kombinasi.
Kondrosarkoma sangat sulit
disembuhkan dengan kemoterapi dan pembedahan masih merupakan jenis
penatalaksanaan yang utama.
Pembedahan
radikal adalah tindakan utama untuk penatalaksanaan fibrosarkoma. Tumor ini
radioresisten, sehingga konsekuensinya adalah radioterapi digunakan hanya untuk
tumor-tumor yang tidak dapat dioperasi.
Tumor Ewing
ditangani dengan radiasi dan/atau pembedahan yang dikombinasi dengan
kemoterapi. Agen kemoterapi yang digunakan meliputi siklofosfamid, vinkristin,
daktinomisin, doksorubisin, ifosfamid dan etoposid.
Osteosarkoma
Pengobatannya berupa pembedahan, tetapi sebelum itu dilakukan kemoterapi
terlebih dahulu, yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil. Kemoterapi yang
diberikan, yaitu metotreksat dosis tinggi dan leukovorin, Doxorubicin
(Adriamisin), Cisplatin, Cyclophosphamide (Sitoksan), Bleomycin.
BAB
III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pasien
didorong untuk mediskusikan awitan dan perjalan gejala. Selama wawancara,
perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit, bagaimana pasien
dan keluarganya mengatasi masalah dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang
dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut; ukuran dan
pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya dan nyeri tekan dicatat.
Pengkajian status neurovaskuler dan rentang gerak ekstremitas merupakan data
dasar sebagaipembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan
aktivitas sehari-hari juga perlu dievaluasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1.
Nyeri berhubungan dengan proses patologik dan
pembedahan.
2.
Resiko terhadap cedera: fraktur patologik
berhubungan dengan tumor.
3.
Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya
bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
4.
Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut
tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan sistem pendukung
tidak adekuat.
5.
Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan
program terapeutik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1.
Nyeri berhubungan dengan proses patologik dan
pembedahan
a.
Kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10).
R/: Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan
keefektifan intervensi.
b.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan
edema dan menurunkan nyeri.
c.
Dorong pasien menggunakan teknik manajemen stress,
contoh napas dalam, visualisasi, aktivitas terapeutik.
R/: Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
d.
Berikan analgesik.
R/: Analgesik diperlukan untuk memberikan
penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
2.
Resiko terhadap cedera: fraktur patologik
berhubungan dengan tumor.
a.
Pertahankan tirah baring/eksteremitas sesuai
indikasi.
R/: Meningkatkan stabilitas, menurunkan
kemungkinan gagguan posisi.
b.
Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan
pasien pada tempat tidur ortopedik.
R/: Tempat tidur lembut atau lentur dapat
membuat deformasi gips yang basah, mematahkan gips yang sudah kering.
3.
Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya
bagian tubuh (amputasi) atau perubahan kinerja peran.
a.
Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan
terhadap amputasi.
R/: Pasien yang memandang amputasi sebagai
rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat.
b.
Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan
kehilangan bagian tubuh.
R/: Ekspresi emosi membantu pasien mulai
menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.
c.
Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri
tantang hal negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat
perubahan nyata/yang diterima.
R/: Mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan
untuk intervensi.
d.
Dorong partisipasi pasien dalam aktivitas
sehari-hari.
R/: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan
perasaan harga diri.
4.
Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut
tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan sistem pendukung
tidak adekuat.
a.
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam perencanaan pengobatan.
R/: Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola
hidup seseorang, mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik
dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
R/: Pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhapa stresor.
c.
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
R/: Keterlibatan memberikan pasien rasa kontrol
diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam regimen terapeutik.
d.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup yang perlu.
R/: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan
secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan rasa tidak berdaya.
5.
Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan
program terapeutik.
a.
Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan
datang.
R/: Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien
dapat membuat pilihan informasi.
b.
Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat
melakukannya secara mandiri dan yang mana memerlukan bantuan.
R/: Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan
yang memerlukan bantuan.
c.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi
medic.
R/: Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi
serius.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1.
Mampu mengontrol nyeri
a.
Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat
yang diresepkan.
b.
Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan
nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktivitas sehari-hari.
2.
Tidak mengalami patah tulang patologik
a.
Menghindari stress pada tulang yang lemah.
b.
Mempergunakan alat bantu dengan aman.
c.
Memperkuat ekstremitas yang sehat.
3.
Memperlihatkan konsep diri yang positif
a.
Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya.
b.
Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
c.
Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas
sehari-hari.
4.
Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang
efektif
a.
Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata.
b.
Mengidentifikasi kekakuan dan kemampuannya.
c.
Membuat keputusan.
d.
Meminta bantuan bila perlu.
5.
Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
berkelanjutan.
a.
Mematuhi regimen yang ditentukan (misal menelan
setiap obat yang diresepkan, tetap menjalankan terapi fisik dan okupasi).
b.
Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka
panjang.
c.
Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak
lanjut.
d.
Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat 2 macam kanker tulang, yaitu:
1.
Kanker tulang metastatik atau kanker tulang
sekunder: kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan
berasal dari tulang. Contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, di
mana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2.
Kanker tulang primer: merupakan kanker yang berasal
dari tulang.
Yang termasuk ke dalam kanker tulang
primer adalah:
a.
Mieloma multiple
b.
Osteosarkoma
c.
Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna
d.
Kondrosarkoma
e.
Tumor Ewing
f.
Limfoma tulang maligna
Penatalaksanaan pada pasien
dengan kanker tulang terdiri dari pembedahan, kemoterapi, radioterapi,
bioterapi atau terapi kombinasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Gale,
Danielle. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Otto,
Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan
Onkologi. Jakarta: EGC.
Nettina,
Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Doenges,
Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar