Terupdate

Minggu, 06 Desember 2015

Penyakit Kronik



BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai , mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optinal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Peran perawat sangat komperhensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan bilogis-psikologis-sosiologis-spiritual (APA, 1992),karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999)
       Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO, 1984)

B.   Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian penyakit kronik
2.    Untuk mengetahui sifat penyakit kronik
3.    Untuk mengetahui dampak penyakit kronis pada klien
4.    Untuk mengetahui respon klien pada dampak penyakit kronis
5.    Untuk mengetahui perilaku klien dengan penyakit kronis
6.    Untuk mengetahui pengertian penyakit terminal
7.    Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit terminal
8.    Untuk mengetahui respon kehilangan
9.    Untuk mengetahui fase-fase menjelang kematian








BAB II
PEMBAHASAN
A.   Penyakit kronik
1.    Pengertian Penyakit Kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang suatu perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan karbina, 2009)
Ketidak mampuan atau ketidakberdayaan merupakan persepsi  individu bahwa segala tindddakannya tidak akan mendapatkan hasil suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendallikan kondisitertrntu atau kegiatan yang  baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Berdasarkan pengerian diatas dapat disimpukan bahwa penyakit kronik yang dialami olehseorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengami ketidak mampuan contonya saja kurang dapat mengandalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

2.    Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah:
a)    Progresi
Penyakit  kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
b)    Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu .
c)    Kambuh
Penyakit kroonik yang dapat timbul sewaktu-waktu dengan kondisai yang sama atau berbada penyakir arthritis





3.    Dampak penyakit kronik pada klien
(Purwaningsih dan kartina, 2009) dampak yang ditimbulkan dari penyakit kronik diantaranya:
a)    Dampak psikologis
Dampak ini dimanipestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu:
·         Klien menjadi  fasik
·         Tergantung
·         Kekanak-kanakan
·         Merasa tidak nyaman
·         Bingung
·         Merasa menderita
b)    Dampak somatic
Dampak somatik adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai penyakitnya.
1.    Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secar fisik (kerusakn organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
2.    Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempangaruhi sosial sehingga hubungan sosial dapat terganggu baik total maupun sebagian.

4. Respon klien pada dampak penyakit kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulakan respon Bio-psiko-Sosial-Spiritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan Kartina, 2009)
a)     Kehilangn kesehatan
                                Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut, cemas, dan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b)     Kehilangan kemandirian
                                Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat juga ditunjukkan melalui berbagai perilaku, kekanak-kanakan, ketergantungan
c)      Kehilangan situasi
                                Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya

d)     Kehilangan rasa nyaman
                                Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri dan lain-lain
e)     Kehilangan fungsi Fisik
                                Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
f)       Kehilangan fungsi mental
                        Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan funsi mental seperti klien mengalami kecemasan  daan depresi, tidak dapat berkonsentrsi dan berfikir efisien sehingga klien tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga  klien tidak dapat berfikir secara rasional
g)     Kehilangan konsep diri
                        Klien dengan penakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan funsi sehingga klien berfikir secara rasional (bodi image) peranserta dentitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah.
h)     Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

5. Perilaku klien dengan penyakit kronis
                        Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya oleh klien atau individu. (Purwaningsih dan Kaaartina, 2009) yaitu:
a)    Penolakan (Denial)
                        Reaksi yang umum terjadi pada penderita penyskit kronis seperti jantung, stroke dan kanker.  Atas penyakit yang  dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan seolah-olah penyakit yang  di derita tidak terlalu berat (menolak untuk mengetehui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan meyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya segera sakan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengetahui bahwa peyakit kronik ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image)
b)    Cemas
                        Setelah muncul penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang umum trjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Perubahan fisik yang akan terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
c)    Depresi
                        Depresi juga merupakan reaksi umum yang terjadi pada penderita penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami depresi.

B.   Penyakit Terminal
1.    Pengertian penyakit Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu ( Carpenito, 1995 ).
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap terakhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang. Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Pasien terminal adalah pasien-pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (  P.J.M. stevens, dkk, hal 282, 1999 )
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam kehidupan, karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan, hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan. ( P.J.M, dkk, 282, 1999 )

2.    Jenis-jenis penyakit terminal
a)    Diabetes Militus
b)    Penyakit Kanker
c)    Congestik Renal Falure
d)    Stroke
e)    AIDS
f)     Gagal Ginjal Kronik
g)    Akibat Kecelakaan Fatal


3.    Respon Kehilangan
a)    Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, ketakutan, cara tertentu untuk mengeluarkan tangan.
b)    Cemas dengan cara menggerakkan otot rahang kemudian mengendor

4.    Fase-fase Menjelang Kematian
a)     Denial ( fase penyangkalan/pengingkaran dan pengasingan diri )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan tidak dapat meneriama informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Reaksi pertama setelah mendengar, bahwa penyakitnya diduga tidak dapat disembuhka  lagi adalah, “tidak, ini tidak mungkin terjadi dengan saya”. Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang biasa ditemukan pada hamper setiap pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan tentang keadaan dirinya. Hamper tak ada orang yang percaya, bahwa kematiannya sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat mengatasi shock khususnya kalau penyangkalan ini periodik. Normalnya, pasien itu akan memasuki masa-masa pergumulan antara menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.
b)     Anger ( Fase kemarahan )
Terjadi ketiaka pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali diseratai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan. “mengapa ini terjadi dengan diriku?”. Mengapa bukan mereka yang sudah tua, yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?” kemarahan ini sering kali diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditunjukkan pada orang-orang yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal, sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang tersinggung oleh karena kemarahannya.
c)     Bargaining ( fase tawar menawar )
Ini dalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedit lebih lama lagi atau  dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam hal kepada Tuahan, “Tuhan kalau Engaku menyatakan kasih-Mu, dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk melayani-mu”.
d)     Depresion ( fase depresi )
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita meras putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh lebih yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikaian perasaan putus asa masih akan dialami.
e)     Acceptance ( fase menerima )
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya membosangkan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya, padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-saat terakhir justru menjadi sangat besar.









BAB III
PENUTUP


1.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa penyakit Kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakannya, dan dapat menimbulkan kejenuhan yang dapat mengganggu fsikologi klien.
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu ( Carpenito, 1995 ).
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam kehidupan, karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan, hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan. ( P.J.M, dkk, 282, 1999)
Ø  Fase-fase Menjelang Kematian
1.    Denial ( fase penyangkalan/pengingkaran dan pengasingan diri )
2.    Anger ( Fase kemarahan )
3.    Bargaining ( fase tawar menawar )
4.    Depresion ( fase depresi )
5.    Acceptance ( fase menerima )








Daftar Pustaka

 

Kemp & Pillitteri (1984). Fundamentals of Nursing. Boston: Little Brown & co.
Suliswati, Dkk. (n.d.). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. (n.d.). Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

                                                                                                                   



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor