BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sebagai salah satu tehnik psikoterapi, terapi
perilaku relatif masih sangat mudah baru dipergunakan sejak sekitar 30 tahun
yang lalu. Menurut Lazarus (1971,1977) terminologi terapi perilaku (behavior therapy) pertama kali dipakai
oleh skinner, solomon, lindsley dan richards pada tahun 1953, anmun setelah itu
tidak dipergunakan lagi. Pada tahun 1959, eysenck secara terpisah menggunakan
terapi minologi ini. Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku , terdapat dua pendapat
mengenai terapi perilaku.
Terapi perilaku adalah suatu terapi yang
berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku. Seperangkat perilaku atau
respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan
konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha menghilangkan
masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si
pasien. Operan conditioning adalah
modifikasi perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadi melalui
pemberian reiforcement. Lingkungan
sosial digukan untuk membantu seseorang dalam meninkatkan kontrol terhadap
perilaku yang berlebihan atau berkurang. (murray & wilson)
B. Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud terapi perilaku?
2. Bagaimna
gambaran terapi perilaku?
3. Bagaimna
indikasi terapi perilaku?
4. Apa
prinsip-prinsip terapi perilaku?
5. Apa
aplikasi teoritis?
6. Apa
penyusunan jadwal reinforcement?
C. Tujuan
penulisan
Dengan adanya makalah keperawatan jiwa yang
berjudul “TERAPI PERILAKU” kami mengharapkan pembaca dapat memahami isi makalah
ini dan dapat menerapkan tindakan terapi perilaku pada pasien gangguan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Terapi perilaku adalah terapi psikologis
singkat bertarget lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan
ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada
teori pembelajaran perilaku yang selanjutnya di dasarkan pada calassical dan operant
conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien
dibuat.
Terapi perilaku suatu bentuk terapi yang
mengaplikasikan prinsip-prinsip dan kondisionin klasik dan kondisioning operant
untuk membantu orang-orang dalam mengubah perilkau merusak diri sendiri atau
perilaku problimatis.
Terapi perilaku emotif rasi0onal (rational emotive bahavior therapy-rebt) suatu bentuk terapi kognitif yang dikembangkan
oleh albert elis, di rencanakan untuk menantang pemikirang yang tidak realitis
dari klien.( psikologi edisi 9 jilid 1 carola
wade erlangga)
B. Gambaran
perilaku
Perilaku adalah respon yang timbul secara
eksternal, dipengaruhi oleh stimulus lingkungan dan adapat di kontrol secara
primer oleh konsekuensinya perilaku dapat di amati, diukur, dan dicacat oleh
diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang bersifat subyektif dilakukan
diri sendiri dan observesi yang bersifat obyektif dilakukan orang lain.
Burus f skinner merupakan seorang yang
terkenal dalam bidang ini. Ada 3 cara utama untuk mengawasi atau mengubah
perilaku manusia, yaitu :
1. Perilaku
dapat diubah dengan mengubaha peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang
membangkitkan bentuk perilaku khusus. Misalnya seorang anak yang tidak
berpartisipasi disekolah dan nakal dikelas, hanya dengan seorang guru tertentu
dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain oleh seorang
guru lain
2. Suatu
jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertenttu dan diubah atau
dimodifkasi. Misanya seorang anak dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri
dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkkan ledakan
amarah bila ia menghadapi prustasi.
3. Akibatnya
suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku tersebut
dapat dimodifikasi. Misalnya ia dihukum bila ia mengganggu orang lain. Dengan
demikian rasa berusaha mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih
kooperatif.
C. Indikasi
terapi perilaku
Indikasi utama ialah gangguan fobik perilaku
kompulsif, disfungsi sexual (misanya impotensi dan frigiditas) dan defiasi
sexsual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif,
gangguan kebiasaan atau pengawasan impils (misanya gagap, enuresis, dan
berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan oneroxia) dan
reaksi konversi. Terapi perilaku berguna pada skizofrenia akit, defresi yang
hebat dan (hipo) mania.
D. Prinsip-prinsip
terapi perilaku
1. Meninkatkan
atau mempertahankan perilaku
Perilaku mungking akan meningkatkan
baik frekuensi, komplesitas/ lamanya dengan pemberian reinforcement. Reinforrcement adalah suatu proses, dimana kejadian
atau kondisi lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku
yang timbul kemudian.
a. Positif
reinforcement
Meningkatnya frekuensi
sebuah respon, dan respon tersebut diikuti oleh stimulus yang menyenangkan.
Contohnya perilaku mengucapkan salam yang disebut dengan seyuman oleh orang
yang ditunju.
b. Negative
reinforcement
Meninkanya frekuensi suatu
respon , karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau
menyakitkan dan tidak menyenangkan. Stimulus yang tidak menyinangkan (konflik)
akan meninkatkan respons menyibutkan diri
2. Menurunnya
perilaku
Upaya
meninkatkan perilaku dilakukan dengan pemberian punishment dan extinction
a. Punishment :
konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan penekanan/penurunan frekuensi tingkah
laku yang muncul :
1) Positive punishment
: menghadirkan stimulus bertentangan yang mengikuti satu perilaku dengan tujuan
menurunkan perilaku tersebut.
2) Negative punishment :
kejadian yang menggatinkan/menurunkan suatu perilaku, ada 2 bentuk yaitu respon cost adalah kerugian yang mengikuti
perilaku dan time out adalah prosedur
punishiment dalam periode waktu
tertentu dimana selama waktu tersebut pemberian reinforcement tidak sesuai.
b. Extinction :
prosedur yang bisa digunakan oleh pemberi reinforcement
untuk menghilangkan perilaku. Extinction berjalan
lebih lambat dari pada reinforcement.
3. Desensitisasi
sistemik
Desensitisasi
sistemik yang dikembangkan oleh joseph wolpe, didasarkan pada prinsip perilaku
counterconditioning, disini seseorang menhadapi ansietas maladaptive yang
dicetuskan oleh situasi atau suatu objek dengan mendekati situasi yang diikuti
secara bertahap dan didalam desensitisasi sistemik, pasien mendapatkan keadaan
relaksasi seutuhnya dan kemudian dipanjankan pada stimulus yang mencetuskan
respon ansietas. Reaksi negative ansietas dihambat oleh keadaan relaksasi,
suatu proses yang di sebut inhibis resiprokal. Bukannya menggunakan situasi
atau objek sebenarnya yang mencetuskan rasa takut, pasien dan terapis
menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan ansietas terkait dengan rasa
takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan situasi pencetus ansietas
secara sistematis dipasangkan didalam terapi. Dengan demikian , desentitas
sistemik terdiri atas tigas langkah : pelatihan relaksasi, pembangunan hirarki
dan desititasi stimulus.
4. Pemajanan
bertingkat terapiutik
Pemajanan
bertingkat terapiutik ini serupa dengan desensitisasi sistemik kecuali bahwa
pelatihan relaksasi tidak dilibatkan dan terapi biasa dilakukan didalam konteks
kehidupan sebenarnya. Hal ini berarti bahwa individu tersebut harus berkontak
dengan stimulus peringatan untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat
berbahaya yang akan terjadi. Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya,
pasien yang takut pada kucing, dapat meningkatkan dari melihat gambar kucing
hingga menggendong kucing.
5. Flooding
Flooding
serupa dengan pemajanan bertingkat yauitu bahwa flooding memajankan pasien pada
objek yang ditakiti in vivo: meski demikian tidak ada hirarki.flooding di
dasarkan pada dasar pemikiran bahwa melarikan diri dari pengalaman yang
mencetuskam asietas mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian,
klinis dapat mengakhiri ansietas dan mencegah perilaku menghindar yang
dipelajari dengan tidak mungkin pasien lari dari situasi tersebut.
6. Assertivenes
training
Untuk
menjadi asertif seseorang perlu memiliki kepercayaan diri dalam penilaiannya
dan harga diri yang cukup untuk mengepresikan pendapat mereka. Pelatihan dan
keterampiln sosial dan keasrtifan mengajari seseorang cara merespon dengan sesuai dilingkungan
sosial, mengekspresikan padandapat mereka dengan cara yang dapat diterima, dan
memperoleh tujuan mereka. Berbagai tehnik, termasuk role model, desensitisasi,
dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan keasertifan
7. Terapi
aversi
Ketika
stimulus berbahaya (hukuman ) muncul segera setelah suatu respons perilaku
tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak
stimulus berbahaya yang digunakan : kejutan listrik, zat yang mencetuskan
muntah, hukuman fisik, dan ketidak setujuan sosial. Stimulus negatif
dipasangkan dengan perilaku, yang kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan
dapat menghilang setelah rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan
untuk penyalahgunaan alcoho9l, parafia, adan perilaku lain dengan ciri impulsif
dan kompulsift.
8. Desensitasi
dan pemrosesan ualang gerakan mata EMDR : eye movement desensitization and
reprocessing.)
Gerakan
mata sekadik adalah osilasi cepat mata yang terjadi ketika seseorang mengikuti
objek yang bergerak maju mundur didalam garis melintan jika gerakan dicetuskan
ketikan seseorang sedang membayangkan atau berfikir mengenai peristiwa yang
ditimbulkan seseorang sedang membayangkan atau berpikir mengenai peristiwa yang
ditimbulkan ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau bayangan
positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR telah
digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.
9. Dialectical
bahavior therapy (DBT)
DBT
telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan
perilaku parasucidal. Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari
terapi suportif, kognitif dan perilaku. Fungsi DBT
a. Meningkatkan
dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien.
b. Meningkatkan
motivasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan pada perilaku
maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi)
c. Menyakinkan
bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari lingkungan terapiutik ke lingkungan
alami.
10. Terapi
kognitif perilaku
Menampilkan
usaha yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi perilaku yang berguna
dengan terapi perilaku dengan terapi kognitif dan memilki tujuan utama membatu
pasien mendapatkan perubahan yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi
dasar yang melatar belakangi terapi kognetif perilaku meliputi:
a. Respons
pasien lebigh berdasarkan kepada interprestasi ketimbang pada ralitsnya.
b. Pikiran,
perilaku dan emosi saling terkait.
c. Indakan
terapiutik perlu diklasifikasi dan diubah menurut pikiran pasien.
E. Aplikasi teoritis
1. Penerapan
modifikasi perilaku
Modifikasi
perilaku dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa masalah, diantaranya :
a. Menurunkan
tingkah laku merusak diri
b. Merubah
tingkah laku yang tidak diharapkan
c. Meluhat
orang tua, guru, sukarelawan dan perawat agar lebih efesien dalam menjalankan
perannya
d. Mengurangi
tingkahlaku maladktif yang khusus seperti kurangnnya kebersihan diri dll
e. Kontrol
perilaku
2. Strategi
modifikasi perilaku
Sebelum memulai program,
perawat harus melakukan hal-hal sbb:
a. Pengkajian
: data tentang perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti dan
maksud dari perilaku yang klien tampilkan.
b. Rencana
intervensi :
1) Menetapkan
tujuan/tingkah laaku yang diinginkan dan gambaran hasil-hasil perilaku/kriteria
2) Menentukan
langkah awal untuk mencapai tujuan.
c. Menganalisa
faktor pendukung yang ada dan orang-orang yang terlibat dalam terapi tersebut.
d. Menetapkan
konsekuensi sebagai reward/punishment yang disetujui bersama klien. Jenis
konsekuensi diantaranya :
1) Reward
materi : uang, dan makanan
2) Reward
pengganti/surogate reward : puji-pujian
3) Reward
sosial : dukungan di dalam group
4) Reward
tingkah laku : kesempatan melakukan aktifitas
F. Penyusunan
jadwal reinforcement
Jadwal reinforcement
adalah pola untuk menguatkan
perilaku melalui jadwal, waktu dan respon perilaku yang tampak, ada 2 cara yaitu :
1. Jadwal
reinforcement interval : pemberian penguatan
untuk perilaku yang telah dibentuk dalam periode waktu tertentu
a. Jadwal
interval tetap : pemberian penguatan berdasarkan waktu yang stabil/tetap
Contoh : setiap 30 menit,
hari, minggu, bulan dsb
Karasteriktik : perilaku
yang diinginkan meningkatkan sebelum akhir interval dan akan menurung setelah
diberi reinforcement, ada kecenderungan meningkat secara bertahap sampai akhir
interval.
b. Jadwal
interval pariasi : pemberian penguantan dengan jarak waktu yang bervariasi.
Contoh : 10 menit, 35 menit,
3 jam dsb.
Karekteristik : mengahsilkan
pembentukan perilaku yang tinggi dapat menurunkan perilaku secara bertahap.
2. Jadwal
reinforcement penampilan (performance)
Mengacu
pada sejumlah perilaku yang ditampilkan diantara reinforcement yang diberikan.
a. Jadwal
rasio tetap (fixed ratio) :
membutuhkan sejumlah perilaku klien yang diharapkan untuk setiap untuk setiap
kali reinforcement
Contoh : setiap 5 perilaku
yang ditampilkan akan diberikan 1 kali reinforcement
Karekteristik : menampilkan
perilaku akan berkemba cepat dan re;atif stabil.
b. Jadwal
rasio variasi (variabel ratio) : pemberian reinforcement
untuk sejumlah perilaku yang banyaknya bervariasi.
Contoh : reinforcement
diberikan setelah 3,7,9, 15 perilaku yang ditampilkan.
Karekteristik : membentuk
perilaku yang tinggi, perkembangannya kurang cepat, tingkat stabilisasi tinggi
Pemilihan jadwal reinforcement tergantung pada :
1. Berat
ringganya masalah : masalah yang mengancam dapat disusun jadwal ratio tetap
dengan jarak yang kecil dan secara bertahap (rasio variasi).
2. Lamanya
perilaku tersebut diperlukan : jika perilaku hanya perlu dilakukan di RS dapat
digunakan jadwal interval tetap dengan jarak interval pendek dean interval
variasi.
3. Usia
klien : pada anak-anak perubahan atau pembentukan perilaku lebih cepat
menggunakan jadwal rasio, interval tetap dan variasi.
4. Jumlah
oarang yang terlibat: secara umum membutuhkan lebih banyak oarang karena
perilaku yang ditampilkan dihitung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi perilaku adalah terapi psikologis
singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan
ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Indikasi utama ialah gangguan
fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan
frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat di coba pada
pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan implus (misalnya
gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas
dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku berusaha menghilangkan
masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar
sipasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul nasir. (2011). dasar-dasar
keperawatan jiwa. jakarta: salemba medika.
carole wade.
(2011). psikologi edisi 9 jilid 1. jakarta: erlangga.
Dr. budi anna
keliat, S.kp, Mapp.Sc. (2007). keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
jakarta: EGC.
http://www.artikelkedokteran.com/774/terapi-perilaku.html
0 komentar:
Posting Komentar