Terupdate

Minggu, 06 Desember 2015

Terapi perilaku



 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Sebagai salah satu tehnik psikoterapi, terapi perilaku relatif masih sangat mudah baru dipergunakan sejak sekitar 30 tahun yang lalu. Menurut Lazarus (1971,1977) terminologi terapi perilaku (behavior therapy) pertama kali dipakai oleh skinner, solomon, lindsley dan richards pada tahun 1953, anmun setelah itu tidak dipergunakan lagi. Pada tahun 1959, eysenck secara terpisah menggunakan terapi minologi ini. Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku , terdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku.
Terapi perilaku adalah suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku. Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Operan conditioning adalah modifikasi perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadi melalui pemberian reiforcement. Lingkungan sosial digukan untuk membantu seseorang dalam meninkatkan kontrol terhadap perilaku yang berlebihan atau berkurang. (murray & wilson)

B.   Rumusan masalah
1.    Apa yang dimaksud terapi perilaku?
2.    Bagaimna gambaran terapi perilaku?
3.    Bagaimna indikasi terapi perilaku?
4.    Apa prinsip-prinsip terapi perilaku?
5.    Apa aplikasi teoritis?
6.    Apa penyusunan jadwal reinforcement?

C.   Tujuan penulisan
Dengan adanya makalah keperawatan jiwa yang berjudul “TERAPI PERILAKU” kami mengharapkan pembaca dapat memahami isi makalah ini dan dapat menerapkan tindakan terapi perilaku pada pasien gangguan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Defenisi
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku yang selanjutnya di dasarkan pada calassical  dan operant conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.
Terapi perilaku suatu bentuk terapi yang mengaplikasikan prinsip-prinsip dan kondisionin klasik dan kondisioning operant untuk membantu orang-orang dalam mengubah perilkau merusak diri sendiri atau perilaku problimatis.
Terapi perilaku emotif rasi0onal (rational emotive bahavior therapy-rebt)  suatu bentuk terapi kognitif yang dikembangkan oleh albert elis, di rencanakan untuk menantang pemikirang yang tidak realitis dari klien.( psikologi edisi 9 jilid 1 carola wade erlangga)

B.   Gambaran perilaku
Perilaku adalah respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus lingkungan dan adapat di kontrol secara primer oleh konsekuensinya perilaku dapat di amati, diukur, dan dicacat oleh diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang bersifat subyektif dilakukan diri sendiri dan observesi yang bersifat obyektif dilakukan orang lain.
Burus f skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini. Ada 3 cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu :
1.    Perilaku dapat diubah dengan mengubaha peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus. Misalnya seorang anak yang tidak berpartisipasi disekolah dan nakal dikelas, hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain oleh seorang guru lain
2.    Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertenttu dan diubah atau dimodifkasi. Misanya seorang anak dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkkan ledakan amarah bila ia menghadapi prustasi.
3.    Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku tersebut dapat dimodifikasi. Misalnya ia dihukum bila ia mengganggu orang lain. Dengan demikian rasa berusaha mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.

C.   Indikasi terapi perilaku
Indikasi utama ialah gangguan fobik perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misanya impotensi dan frigiditas) dan defiasi sexsual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impils (misanya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan oneroxia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku berguna pada skizofrenia akit, defresi yang hebat dan (hipo) mania.

D.   Prinsip-prinsip terapi perilaku
1.    Meninkatkan atau mempertahankan perilaku
Perilaku mungking akan meningkatkan baik frekuensi, komplesitas/ lamanya dengan pemberian reinforcement. Reinforrcement adalah suatu proses, dimana kejadian atau kondisi lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku yang timbul kemudian.
a.    Positif reinforcement
Meningkatnya frekuensi sebuah respon, dan respon tersebut diikuti oleh stimulus yang menyenangkan. Contohnya perilaku mengucapkan salam yang disebut dengan seyuman oleh orang yang ditunju.
b.    Negative reinforcement
Meninkanya frekuensi suatu respon , karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau menyakitkan dan tidak menyenangkan. Stimulus yang tidak menyinangkan (konflik) akan meninkatkan respons menyibutkan diri
2.    Menurunnya perilaku
Upaya meninkatkan perilaku dilakukan dengan pemberian punishment dan extinction
a.    Punishment : konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan penekanan/penurunan frekuensi tingkah laku yang muncul :
1)    Positive punishment : menghadirkan stimulus bertentangan yang mengikuti satu perilaku dengan tujuan menurunkan perilaku tersebut.
2)    Negative punishment : kejadian yang menggatinkan/menurunkan suatu perilaku, ada 2 bentuk yaitu respon cost adalah kerugian yang mengikuti perilaku dan time out adalah prosedur punishiment dalam periode waktu tertentu dimana selama waktu tersebut pemberian reinforcement tidak sesuai.
b.    Extinction : prosedur yang bisa digunakan oleh pemberi reinforcement untuk menghilangkan perilaku. Extinction berjalan lebih lambat dari pada reinforcement.
3.    Desensitisasi sistemik
Desensitisasi sistemik yang dikembangkan oleh joseph wolpe, didasarkan pada prinsip perilaku counterconditioning, disini seseorang menhadapi ansietas maladaptive yang dicetuskan oleh situasi atau suatu objek dengan mendekati situasi yang diikuti secara bertahap dan didalam desensitisasi sistemik, pasien mendapatkan keadaan relaksasi seutuhnya dan kemudian dipanjankan pada stimulus yang mencetuskan respon ansietas. Reaksi negative ansietas dihambat oleh keadaan relaksasi, suatu proses yang di sebut inhibis resiprokal. Bukannya menggunakan situasi atau objek sebenarnya yang mencetuskan rasa takut, pasien dan terapis menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan ansietas terkait dengan rasa takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan situasi pencetus ansietas secara sistematis dipasangkan didalam terapi. Dengan demikian , desentitas sistemik terdiri atas tigas langkah : pelatihan relaksasi, pembangunan hirarki dan desititasi stimulus.
4.    Pemajanan bertingkat terapiutik
Pemajanan bertingkat terapiutik ini serupa dengan desensitisasi sistemik kecuali bahwa pelatihan relaksasi tidak dilibatkan dan terapi biasa dilakukan didalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal ini berarti bahwa individu tersebut harus berkontak dengan stimulus peringatan untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat berbahaya yang akan terjadi. Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya, pasien yang takut pada kucing, dapat meningkatkan dari melihat gambar kucing hingga menggendong kucing.
5.    Flooding
Flooding serupa dengan pemajanan bertingkat yauitu bahwa flooding memajankan pasien pada objek yang ditakiti in vivo: meski demikian tidak ada hirarki.flooding di dasarkan pada dasar pemikiran bahwa melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskam asietas mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinis dapat mengakhiri ansietas dan mencegah perilaku menghindar yang dipelajari dengan tidak mungkin pasien lari dari situasi tersebut.
6.    Assertivenes training
Untuk menjadi asertif seseorang perlu memiliki kepercayaan diri dalam penilaiannya dan harga diri yang cukup untuk mengepresikan pendapat mereka. Pelatihan dan keterampiln sosial dan keasrtifan mengajari seseorang  cara merespon dengan sesuai dilingkungan sosial, mengekspresikan padandapat mereka dengan cara yang dapat diterima, dan memperoleh tujuan mereka. Berbagai tehnik, termasuk role model, desensitisasi, dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan keasertifan
7.    Terapi aversi
Ketika stimulus berbahaya (hukuman ) muncul segera setelah suatu respons perilaku tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak stimulus berbahaya yang digunakan : kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman fisik, dan ketidak setujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku, yang kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang setelah rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan untuk penyalahgunaan alcoho9l, parafia, adan perilaku lain dengan ciri impulsif dan kompulsift.
8.    Desensitasi dan pemrosesan ualang gerakan mata EMDR : eye movement desensitization and reprocessing.)
Gerakan mata sekadik adalah osilasi cepat mata yang terjadi ketika seseorang mengikuti objek yang bergerak maju mundur didalam garis melintan jika gerakan dicetuskan ketikan seseorang sedang membayangkan atau berfikir mengenai peristiwa yang ditimbulkan seseorang sedang membayangkan atau berpikir mengenai peristiwa yang ditimbulkan ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau bayangan positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR telah digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.
9.    Dialectical bahavior therapy (DBT)
DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan perilaku parasucidal. Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif dan perilaku. Fungsi DBT
a.    Meningkatkan dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien.
b.    Meningkatkan motivasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan pada perilaku maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi)
c.    Menyakinkan bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari lingkungan terapiutik ke lingkungan alami.
10. Terapi kognitif perilaku
Menampilkan usaha yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi perilaku yang berguna dengan terapi perilaku dengan terapi kognitif dan memilki tujuan utama membatu pasien mendapatkan perubahan yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi dasar yang melatar belakangi terapi kognetif perilaku meliputi:
a.    Respons pasien lebigh berdasarkan kepada interprestasi ketimbang pada ralitsnya.
b.    Pikiran, perilaku dan emosi saling terkait.
c.    Indakan terapiutik perlu diklasifikasi dan diubah menurut pikiran pasien.

E.    Aplikasi teoritis
1.    Penerapan modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa masalah, diantaranya :
a.    Menurunkan tingkah laku merusak diri
b.    Merubah tingkah laku yang tidak diharapkan
c.    Meluhat orang tua, guru, sukarelawan dan perawat agar lebih efesien dalam menjalankan perannya
d.    Mengurangi tingkahlaku maladktif yang khusus seperti kurangnnya kebersihan diri dll
e.    Kontrol perilaku
2.    Strategi modifikasi perilaku
Sebelum memulai program, perawat harus melakukan hal-hal sbb:
a.    Pengkajian : data tentang perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti dan maksud dari perilaku yang klien tampilkan.
b.    Rencana intervensi :
1)    Menetapkan tujuan/tingkah laaku yang diinginkan dan gambaran hasil-hasil perilaku/kriteria
2)    Menentukan langkah awal untuk mencapai tujuan.
c.    Menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yang terlibat dalam terapi tersebut.
d.    Menetapkan konsekuensi sebagai reward/punishment yang disetujui bersama klien. Jenis konsekuensi diantaranya :
1)    Reward materi : uang, dan makanan
2)    Reward pengganti/surogate reward : puji-pujian
3)    Reward sosial : dukungan di dalam group
4)    Reward tingkah laku : kesempatan melakukan aktifitas



F.    Penyusunan jadwal reinforcement
Jadwal reinforcement  adalah pola untuk menguatkan perilaku melalui jadwal, waktu dan respon perilaku yang tampak, ada 2  cara yaitu :
1.    Jadwal reinforcement interval : pemberian penguatan untuk perilaku yang telah dibentuk dalam periode waktu tertentu
a.    Jadwal interval tetap : pemberian penguatan berdasarkan waktu yang stabil/tetap
Contoh : setiap 30 menit, hari, minggu, bulan dsb
Karasteriktik : perilaku yang diinginkan meningkatkan sebelum akhir interval dan akan menurung setelah diberi reinforcement, ada kecenderungan meningkat secara bertahap sampai akhir interval.
b.    Jadwal interval pariasi : pemberian penguantan dengan jarak waktu yang bervariasi.
Contoh : 10 menit, 35 menit, 3 jam dsb.
Karekteristik : mengahsilkan pembentukan perilaku yang tinggi dapat menurunkan perilaku secara bertahap.
2.    Jadwal reinforcement penampilan (performance)
Mengacu pada sejumlah perilaku yang ditampilkan diantara reinforcement yang diberikan.
a.    Jadwal rasio tetap (fixed ratio) : membutuhkan sejumlah perilaku klien yang diharapkan untuk setiap untuk setiap kali reinforcement
Contoh : setiap 5 perilaku yang ditampilkan akan diberikan 1 kali reinforcement
Karekteristik : menampilkan perilaku akan berkemba cepat dan re;atif stabil.
b.    Jadwal rasio variasi  (variabel ratio) : pemberian reinforcement untuk sejumlah perilaku yang banyaknya bervariasi.
Contoh : reinforcement diberikan setelah 3,7,9, 15 perilaku yang ditampilkan.
Karekteristik : membentuk perilaku yang tinggi, perkembangannya kurang cepat, tingkat stabilisasi tinggi



                        Pemilihan jadwal reinforcement tergantung pada :
1.    Berat ringganya masalah : masalah yang mengancam dapat disusun jadwal ratio tetap dengan jarak yang kecil dan secara bertahap (rasio variasi).
2.    Lamanya perilaku tersebut diperlukan : jika perilaku hanya perlu dilakukan di RS dapat digunakan jadwal interval tetap dengan jarak interval pendek dean interval variasi.
3.    Usia klien : pada anak-anak perubahan atau pembentukan perilaku lebih cepat menggunakan jadwal rasio, interval tetap dan variasi.
4.    Jumlah oarang yang terlibat: secara umum membutuhkan lebih banyak oarang karena perilaku yang ditampilkan dihitung.















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat di coba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan implus (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar sipasien.













DAFTAR PUSTAKA

 

Abdul nasir. (2011). dasar-dasar keperawatan jiwa. jakarta: salemba medika.
carole wade. (2011). psikologi edisi 9 jilid 1. jakarta: erlangga.
Dr. budi anna keliat, S.kp, Mapp.Sc. (2007). keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
 http://www.artikelkedokteran.com/774/terapi-perilaku.html

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor