Terupdate

Minggu, 06 Desember 2015

Isolasi social




BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Isolasi social adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998).
Isolasi social adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI, 2000).

B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan Isolasi Sosial?
2.    Bagaimana Proses terjadinya masalah?
3.    Bagaimana tanda dan gejala pasien yang mengalami gangguan sosial?
4.    Bagaimana mengkaji pasien gangguan sosial?
5.    Diagnosa apa yang ada pada pasien gangguan sosial?\
6.    Tindakan apa yang dilakukan seorang perawat pada pasien gangguan jiwa?


C.   TUJUAN
1.    Tujuan Umum
Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai Konsep dan Gangguan Hubungan Sosial
2.    Tujuan Khusus.
a.    Mahasiswa dapat memahami isolasi social.
b.    Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya masalah.
c.    Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala pada pasien gangguan sosial.
d.    Mahasiswa dapat memahami mengkaji pada pasien gangguan sosial.
e.    Mahasiswa dapat memahami diagnosa pada pasien gangguan sosial.
f.     Mahasiswa dapat memahami tindakan keperawatan pada pasien gangguan sosial.







BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN ISOLASI SOSIAL
Isolasi social adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
            Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998).
             Isolasi social adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes RI, 2000).
            Isolasi social merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimenifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagai pengalaman.
                  Gangguan jiwa merupakan respon maladatif terhadap stressor dari dalam dan luar lingkunganyang behubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya klebiasaan/norma setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan dan fungsi tubuh.
                  Menurut wordl healt organization (WHO), sampai 2011 tercatan penderita gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah  keseluruhan penduduk di dunia yang berjumlah 6.7000.000.000 jiwa.sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini ada 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
                  Berdasarkan data dari direktur jendral Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan tahun 2011 tercatan jumlah penduduk Indonesia sebesar 241.000.000 orang sedangkan sekitar 17.400.000 orang (7,2%) mengalami gangguan jiwa (Depkes RI, 2011)
                  Adapun di provinsi Sulawesi berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 tercatat sebanyak 56,112 orang (0,69%) menderita gangguan jiwa dari 8.328.957 jumlah penduduk secara keseluruhan (dinkes SULSEL, 2010). Sedangkan tahun 2011, data profil kesehatan gangguan jiwa sebesar 108,816 orang yaitu 1,3% dari penduduk Sulawesi selatan yang berjumlah sekitar 8.370.462 orang (Dinkes SULSEL, 2012).
                  Clarkin, Marziali, Munroe,(2001) menyatakan factor lain yang menyebabkan kurangnya kemampuan klien berinteraksi sosial adalah kurangnya perhatian dari keluarga selama pasien di rawat. Karena dimana keluarga merupakan support system terdekat, keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti program perawatan.
                  Pender dalam Basford & Slevin (2006) menyatakan bahwa factor yang mempengaruhi peningkatan kesehatan seseorang adalah factor demografis, jenis kelamin, usia, pendapatan, status perkawinan), factor bilogis, interpersonal, lingkungan, serta pengaruh lingkungan.

B.   PROSES TERJADINYA MASALAH
Menurut Stuart Sundeen rentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan social merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respons adaktif dengan maladaptif sebagai berikut :
Respon Adaktif
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah.
1.    Menyendiri: respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2.    Otonomi: kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan, dalam hubungan social.
3.    Bekerjasama: kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4.    Interdependen: saling ketergangtungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif
Respons yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial. Yang termasuk respon maladaptif adalah:
1.    Menarik diri: seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2.    Ketergantungan: seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
3.    Manipulasi: seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4.    Curiga: seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

C.   PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL
Pada dasarnya kemampuan hubungan social berkembang social sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan social yang positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri), mengenal tahap perkembangan tahap tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap perkembangan.

D.   TANDA DAN GEJALA
Gejala subjektif:
1.    Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2.    Klien merasa tidak nyaman berada dengan orang lain.
3.    Respons verbal kurang dan sangat singkat.
4.    Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5.    Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6.    Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7.    Klien merasa tidak berguna.
8.    Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9.    Klien merasa ditolak.
Gejala objektif:
1.    Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2.    Klien mengikuti kegiatan.
3.    Banyak berdiam diri dikamar.
4.    Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
5.    Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6.    Kontak mata kurang.
7.    Kurang spontan.
8.    Apatis (acuh terdapat lingkungan).
9.    Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11. Mengisolasi diri.
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13. Masukan makanan dan minuman terganggu.
14. Retensi urin dan fases.
15. Aktivitas menurun.
16. Kurang energy (tenaga).
17. Rendah diri.
18. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
Respons perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala negative pasien psikotik.
E.   PENGKAJIAN
            Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
            Untuk mengkaji pasien isolasi sosial anda dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
1.    Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2.    Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3.    Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4.    Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5.    Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6.    Pasien merasa tidak berguna.
7.    Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Anda tanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan data subjektif:
1.    Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau tetangga)?
2.    Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya, siapa teman dekat itu?
3.    Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4.    Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
5.    Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6.    Apa yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang-orang di sekitarnya?
7.    Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8.    Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan kehidupan?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:
1.    Tidak memiliki teman dekat.
2.    Menarik diri.
3.    Tidak komunikatif.
4.    Tindakan berulang dan bermakna.
5.    Asyik dengan pikirannya sendiri.
6.    Tidak ada kontak mata.
7.    Tampak sedih, efek tumpul.

F.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Isolasi sosial.
2.    Harga diri rendah kronis.
3.    Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4.    Koping keluarga tidak efektif.
5.    Koping individu tidak efektif.
6.    Intoleran aktivitas.
7.    Defisit perawatan diri.
8.    Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

G.   PERENCANAAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan:
1.    Membina hubungan saling percaya.
2.    Menyadari penyebab Isolasi Sosial.
3.    Berinteraksi dengan orang lain.

Tindakan
1.    Membina hubungan Saling percaya. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
a.    Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b.    Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang  anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
c.    Menanyakan perasaan dan keluhan pasien sat ini
d.    Buat kontrak asuhan: apa yang anda akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan di kerjakan, dan tempatnya di mana
e.    Jelaskan bahwa anda akan merasiakan informasi yang di peroleh untuk kepentingan terapi
f.     Setiap saat tunjukan sifat simpati terhadap pasie.
g.    Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
      Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang memerlukan waktu yang ;lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena tidak mudah Bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu anda sebagai perawat harus konsistem bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsistem membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan anda program asuhan keperawatan lebih mungkin di laksanakan.
2.    Membantu Klien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial
Mungkin perilaku isolasi sosial yang dialami klien dianggap sebagai perilaku yang normal. Agar klien menyadari bahwa perilaku tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah menyadarkan klien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu diatasi. Hal tersebut dapat digali dengan menanyakan:
a.    Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
b.    Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
c.    Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
d.    Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.
3.    Melatih Klien Cara-cara Berinteraksi dengan Orang Lain Secara Bertahap
a.    Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.
b.    Berikan contoh cara berbicara dengan orang.
c.    Berikan kesempatan klien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.
d.    Mulailah bantu klien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga.
e.    Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
f.     Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh klien.
g.    Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
4.    Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
Membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan. Dilakukuan dengan cara:
a.    Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
b.    Menjelaskan pengaruh isolasi sosial tewrhadap kesehatan fisik pasien.
Membantu pasin mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain. Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
5.    Inventalisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan.
6.    Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang konstruktif.
7.    Libatkan klien dalam interaksi dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap.
8.    Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien yang dimulai dengan keluarga terdekat.
9.    Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

H.   EVALUASI
Pada Klien
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.    Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social.
3.    Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian isolasi social.
4.    Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Pada Keluarga
1.    Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara teraupetik.
2.    Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.


BAB II
PENUTUP
A.   Kesimpulan:
Isolasi social adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Respon adaktif yaitu yang masih dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah sedangkan Respons maladaptif  yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial. Proses konsep dan gangguan hubungan social meliputi pengkajian, diagnosa Keperawatan dan tindakan keperawatan .
B.   Saran:
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyadari tentu  banyak kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi serta penyusunan atau sistematik penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua. Dan penyusun juga terhadap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA
Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC
Iyus Yosep, S.Kp.,M.Si,.2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama
Dalami Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media
Diakses/di download di

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com

Sponsor