TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
A. PENGERTIAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung
pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13
Juli 200)
B. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga
dan terjatuh dari ketinggian.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong
dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian
– abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan
pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari
panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang
illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot
psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu
lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di
bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa
terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas
dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta
abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran
torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum
dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.
D. PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh
dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan
tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada
akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat
terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
§ Meningkatnya
tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir
atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
§ Terjepitnya
organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
§ Terjadi
gaya akselerasi
– deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
E. DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN
Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan
dampak masalah baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi :
a. Dampak
pada fisik :
q Pola
Pernapasan :
Keadaan ventilasi pernapasan
terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan
kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.
Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang
menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi
ekspansi rongga thoraks.
q Pada
sirkulasi
Perdarahan dalam rongga abdomen
karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau
terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat
yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi
rongga pembuluh darah.
q Perubahan
perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan
disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh
berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.
q Penurunan
Volume cairan tubuh.
Perdarahan akut akan mempengaruhi
keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF),
Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh
darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF)
akan mengalami defisit atau hipovolemia.
q Kerusakan
Integritas kulit.
Trauma benda tumpul dan tajam
akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan kulit atau yang dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan
otot didaerah trauma.
b. Dampak
Psikologis :
Perasaan cemas dan takut akan
menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan
kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan /
operasi.
c. Dampak
Sosial :
Mengingat dana yang dibutuhkan
untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup
tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang
amat segera (sempit)
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen
harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku
pada abdomennya saja.
1.1 Anamnesa
1.1.1
Biodata
1.1.2
Keluhan Utama
-
Keluhan yang dirasakan sakit.
-
Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
1.1.3
Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
-
Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
-
Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa
dan bagaimana posisinya saat jatuh.
-
Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
-
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri,
bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit
sekali.
1.1.4
Riwayat Penyakit yang lalu
-
Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
-
Apakah pasien menderita penyakit asthma atau
diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
1.1.5 Riwayat psikososial spiritual
-
Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
-
Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan
mental.
-
Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri
(tentamen-suicide).
1.2 Pemeriksaan
Fisik
1.2.1
Sistim Pernapasan
-
Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan
adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.
-
Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru
ekspansi dan pernapasan tertinggal.
-
Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
-
Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing
dan ronchi.
1.2.2 Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
-
Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif
yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.
-
Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu
daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah
denyut jantung paradoks.
1.2.3 Sistim Neurologis (B3 = Brain)
-
Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah
dan adakah jejas di kepala.
-
Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi
pada anggota gerak
-
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
1.2.4 Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
-
Pada inspeksi :
¨
Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang
luar.
¨
Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya
perdarahan dalam cavum abdomen.
¨
Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau
tidak.
¨
Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada
quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.
-
Pada palpasi :
·
Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
·
Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
·
Kalau ada
vulnus sebatas mana kedalamannya.
-
Pada perkusi :
§
Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
§
Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara
bebas dalam cavum abdomen.
-
Pada Auskultasi :
§
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan
dari bising usus atau menghilang.
-
Pada rectal toucher :
§
Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung
tangan.
§
Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot
rectum.
1.2.5
Sistim Urologi ( B5 = bladder)
-
Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga
pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi
urine dan warnanya.
-
Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica
urinaria dan adanya distensi.
-
Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah
vesica urinaria.
1.2.6
Sistim Tulang
dan Otot ( B6 = Bone )
¨
Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk
extremitas terutama daerah pelvis.
¨
Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang
pinggul atau pelvis.
1.3
Pemeriksaan Penunjang :
1.3.1
Radiologi :
-
Foto BOF (Buick Oversic Foto)
-
Bila perlu thoraks foto.
-
USG (Ultrasonografi)
1.3.2
Laboratorium :
-
Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
-
Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
1.3.3
Elektro Kardiogram
-
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih
40 tahun.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Adapun masalah perawatan yang
actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul abdomen
adalah sebagai berikut :
2.1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan
dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen)
yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
2.2
Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan
hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu
kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi
urine kurang dari 30 ml/jam.
2.3
Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ
abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan,
nampak menyeringai kesakitan.
2.4
Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan
dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap
pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
2.5
Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadquat yang
itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami dan
akibat dari pembedahan.
3.
Perencanaan
3.1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan
dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen)
yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
Tujuan :
ü
Keseimbangan cairan tubuh teratasi.
ü
Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.
Kriteria
Hasil :
ü
Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat
gejala – gejala dehidrasi.
ü
Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak
didapat anemis, Hb diatas 80 gr %
ü
Tanda vital dalam batas normal.
ü
Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana
Tindakan :
1)
Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah
gambaran klinik hipovolemic
2)
Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan
/ perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.
3)
Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi, tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap
15 menit atau 30 menit.
4)
Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah
perdarahan yang keluar.
5)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :
§ Pemberian
cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.
§ Menghentikan
perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem
/ ligasi.
§ Pemasangan
magslang dan katheter + uro – bag.
§ Pemberian
transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.
§ Pemasangan
lingkar abdomen.
§ Pemeriksaan
EKG.
6) Kolaborasi
dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.
7) Kolaborasi
dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine
lengkap.
8) Monitoring
setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar
observasi.
9) Monitoring
cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar
observasi.
10) Motivasi
kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.
3.2 Perubahan
perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke
seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary
refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30
ml/jam.
Tujuan :
§ Tidak
terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
§ Status
haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
§ Suhu
dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.
§ Capillary
reffil kurang dari 3 detik.
§ Produksi
urine lebih dari 30 ml/jam.
Rencana Tindakan
1)
Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway,
Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.
2)
Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.
3)
Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.
4)
Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan
kehangatan bagian akral.
5)
Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.
6)
Monitoring input dan out put terutama produksi urine.
3.3 Nyeri
sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan
pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
Tujuan :
-
Rasa nyeri yang dialami klien berkurang /
hilang.
Kriteria hasil :
-
Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.
-
Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.
-
Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1) Kaji
tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.
2) Beri
penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan.
3) Berikan
posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan
rangsangan nyeri.
4) Berikan
tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang
dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.
5) Observasi
tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
6) Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab
utama)
3.4 Cemas
sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah
tegang dan gelisah.
Tujuan :
-
Kecemasan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
-
Klien mengatakan tidak cemas.
-
Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak
gelisah.
-
Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang
efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Indetifikasi
tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa
kekhawatirannya.
2) Kaji
tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan
pembedahan yang akan dilakukan.
3) Berikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4) Berikan
perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan
perasaannya.
5) Observasi
tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.
6) Berikan
penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.
7) Berikan
dorongan moral dan sentuhan therapeutic.
8) Berikan
penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan
pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.
3.5 Kurangnya
pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya
informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan
yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu
ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.
Tujuan :
-
Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang
tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Kriteria hasil :
-
Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan
yang akan dilakukan.
-
Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait
dengan persiapan pembedahan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji
tingkat pengetahuan klien / keluarga.
2) Jelaskan
secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.
3) Diskusikan
tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses
penyembuhan.
4) Berikan
perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
5) Anjurkan
klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.
6) Lakukan
check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat
dan persiapan darah untuk transfusi.
4.
Pelaksanaan
Perawatan
Dalam pelaksanaan sesuai dengan
rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi
ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata
perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.
5.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat
setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD,
sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada
tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai
dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan
perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R
(data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari
catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara
lain :
1. Apakah datanya
sudah relevan dengan kondisi saat ini.
2.
Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi
(perencanaan perawatan).
3. Adakah tujuan
perencanaan yang belum tercapai.
4. Tujuan
perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
5. Apakah perlu
adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for
Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.
2.
Departemen
Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes
RI.
3.
Horison’ s. Gangguan
Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
4.
Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.
5.
Doenges E. Marilyn. Et
All. 1987. Nursing Care Plans, Edition 2, Company Philadephia.
6.
Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.
0 komentar:
Posting Komentar